Penataan koridor Gatot Subroto membuat pelaku usaha di sekitar lokasi mengkhawatirkan lahan parkir.
Solopos.com, SOLO–Sejumlah pelaku usaha di sepanjang Jl. Gatot Subroto mulai dari perempatan Singosaren sampai perempatan Ngarsopuro khawatir dampak pembangunan Koridor Gatot Subroto bakal memangkas lahan parkir yang terbatas.
Pemilik toko Maestro di Jl. Gatot Subroto, Tanini, mengemukakan selama ini pelanggannya kesulitan mencari lahan parkir, terutama pada akhir pekan.
“Sementara ini banyak yang kesulitan mencari lahan parkir. Apalagi nanti kalau dibuat walking street. Lahan parkir pasti semakin terpangkas,” keluhnya saat ditemui Solopos.com, Jumat (8/1/2016).
“Sementara ini banyak yang kesulitan mencari lahan parkir. Apalagi nanti kalau dibuat walking street. Lahan parkir pasti semakin terpangkas,” keluhnya saat ditemui Solopos.com, Jumat (8/1/2016).
Tan, sapaan akrabnya, pesimistis pembangunan Koridor Gatot Subroto bakal menggeliatkan aktivitas perekonomian di kawasan tersebut. “Saya tidak yakin pembangunan jalur pedestrian bisa bikin kawasan sini makin ramai. Kalau dilihat pembangunan city walk juga hanya bikin ramai beberapa tempat. Tidak semuanya ramai,” katanya.
Sedangkan pengelola Toko Busana Jawi Suratman, Aprilia Pratiwi, mendukung upaya pemerintah kota membuat jalur pedestrian khusus laiknya Malioboro di sepanjang Jl. Gatot Subroto mulai dari perempatan Singosaren sampai perempatan Ngarsopuro. “Kami setuju saja asalkan untuk kemajuan kota. Yang penting setelah proyek jadi, toko kami bisa semakin ramai,” ujarnya.
Ia juga mewanti-wanti pemerintah memperhatikan masalah drainase mengingat kondisi jalan selama ini rawan tergenang. “Di depan sini tidak ada saluran pembuangan. Setiap hujan, jalannya tergenang. Sayang kalau sudah dibangun bagus-bagus tapi bikin banjir,” pesannya.
Secara terpisah, Kepala UPTD Perparkiran Dishubkominfo Solo, M. Usman, membeberkan sebanyak 80% dari sekitar 60-an bangunan usaha di sepanjang bakal Koridor Gatot Subroto menggantungkan lahan parkirnya di badan jalan.
“Di lapangan, kondisi riilnya sepanjang Jl. Gatot Subroto minim bangunan punya lahan parkir mandiri. Saya mengusulkan ada gedung parkir khusus untuk menampung kendaraan di sekitar situ. Syukur, bisa terintegrasi dengan kawasan Coyudan dan Nonongan yang juga krisis lahan parkir,” paparnya.
Selain membangun gedung parkir terpadu di sekitar pusat bisnis Nonongan, Coyudan, dan Singosaren, Usman juga berpesan agar pemanfaatan koridor ke depan khusus dimanfaatkan pejalan kaki.
“Belajar dari Koridor Ngarsopuro, di sana city walk masih dimanfaatkan untuk parkir karena tidak ada lahan. Sebaiknya ini jadi bahan pertimbangan untuk pembangunan jalur pedestrian,” kata dia.
Sebelumnya, Pemerintah Kota (Pemkot) Solo mewacanakan pembangunan Koridor Gatot Subroto sepanjang 500 meter sebagai walking street. Pembangunan yang digelontor anggaran Rp15 miliar tersebut bakal dimulai tahun ini.