SOLOPOS.COM - Juru parkir (Jukir) menerima uang pembayaran dari pengunjung di kompleks pertokoan Coyudan, Jl. dr. Radjiman, Solo, Senin (21/12/2015). Sistem parkir di kawasan tersebut sementara kembali dengan cara manual karena jukir menyatakan beberapa alat parkir elektronik eror. (Ivanovich Aldino/JIBI/Solopos)

Penataan Parkir Solo, parkir di Coyudan kembali menggunakan parkir manual.

Solopos.com, SOLO–Problem keandalan piranti kembali mengganjal penerapan sistem parkir elektronik di Jl. dr. Radjiman, Coyudan. Tiga pekan terakhir, sejumlah alat mengalami kerusakan sehingga juru parkir (jukir) terpaksa menerapkan parkir manual.
Pemkot diminta mengkaji rencana pengembangan parkir elektronik di sejumlah ruas jalan mengingat penerapan di Coyudan belum optimal.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Pantauan Solopos.com di pertokoan kawasan Coyudan, Selasa (21/12/2015), mayoritas jukir hanya menggunakan karcis manual untuk melayani parkir pelanggan. Menurut seorang jukir, Yahman, alat parkir elektronik yang biasa dia gunakan rusak sejak tiga pekan lalu. Yahman tak tahu kapan piranti tersebut selesai diperbaiki.

“Dulu sempat diperbaiki, tapi sampai sini langsung rusak lagi,” ujarnya saat ditemui Solopos.com di kawasan Coyudan.

Yahman mengatakan ada sekitar 18 jukir yang mengoperasikan parkir elektronik dari pagi hingga malam. Menurut dia, sebagian besar alat parkir telah rusak seperti tidak bisa mengeluarkan hasil print atau karcis. Beberapa alat mengalami lemah sinyal sehingga jukir harus mendekat ke server yang jaraknya puluhan meter.

“Alat gampang rusak karena dipakai terus menerus. Kalau sudah hang, konsumen pada enggak sabar (langsung pergi tanpa meminta karcis),” kata dia.

Jukir lain, Rizky Hermawan, 19, mengatakan piranti elektroniknya rusak sejak Jumat (17/12/2015). Ini kali kedua alatnya ngadat setelah kerusakan pertama dua pekan lalu. Rizky mengatakan alat error saat dirinya melayani banyak pelanggan parkir dalam waktu hampir bersamaan.

“Aplikasinya enggak bisa mengikuti sirkulasi parkir yang cepat,” ujarnya.

Dia mengakui penggunaan sistem elektronik dapat mengukur pasti jumlah retribusi yang perlu dibayar pelanggan. Namun ketika alat sering macet, sistem justru dinilai mengganggu kinerja jukir. Rizky mengaku kerepotan saat harus menata kendaraan dan mengoperasikan alat sekaligus. “Akibatnya pengawasan menjadi berkurang.”

Ketua Komisi III DPRD, Honda Hendarto, meminta Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika (Dishubkominfo) Solo mengkaji ulang rencana pengembangan parkir elektronik di Jl. Gatot Subroto dan Jl. Yos Sudarso. Honda mendesak pengoperasian sistem elektronik di Coyudan harus klir sebelum beranjak ke wilayah lain.

Di 2016, Pemkot menganggarkan Rp500 juta untuk pengadaan 30 alat parkir elektronik di dua ruas jalan tersebut. “Mestinya dana pengadaan alat di Jl. Gatot Subroto dan Jl. Yos Sudarso dialihkan dulu untuk menambal kerusakan alat di Coyudan. Beli alat baru yang ketahanannya lebih baik,” ujarnya.

Dia menilai butuh cadangan alat melihat tingginya sirkulasi parkir di Coyudan. Menurut Honda, piranti tersebut dapat digunakan jika sewaktu-waktu ada alat yang rusak. Sejauh ini kawasan Coyudan memiliki sembilan alat parkir elektronik.

“Kalau alasan ribet mungkin bisa dimaklumi karena belum biasa. Keribetan bisa dihindari kalau alatnya responsif.”

Lebih jauh pihaknya tidak merekomendasikan parkir di Coyudan kembali ke manual. Sebelumnya Honda meminta parkir kembali konvensional jika hingga Januari masih terdapat problem di lapangan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya