SOLOPOS.COM - Parkir elektronik di kawasan Coyudan. (Ivanovich Aldino/JIBI/Solopos)

Penataan parkir Solo, sejumlah jukir di Coyudan meminta kompensasi setoran

Solopos.com, SOLO–Sejumlah juru parkir (jukir) yang bertugas di Jl. dr. Radjiman Coyudan meminta pemerintah memberikan kelonggaran setoran retribusi 2016 mendatang. Mereka berdalih proses migrasi sistem parkir manual ke elektronik belum lancar.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Informasi yang dihimpun Solopos.com, pada 2015 setoran sektor perparkiran di Solo dipatok target retribusi senilai Rp3,5 miliar. Besarnya persentase setoran yang masuk ke UPTD Perparkiran Dishubkominfo sebesar 40% dari total pendapatan jukir. Sisa setoran sebesar 35% diberikan kepada pengelola parkir dan 25% untuk jatah jukir.

Salah seorang jukir parkir elektronik di kawasan Jl. dr. Radjiman Coyudan, Joko. S, mengatakan komposisi pembagian setoran untuk retribusi jukir dan pemerintah dirasa memberatkan. “Komposisi setoran 25%-35%-40% itu tidak adil buat kami. Kalau bisa jatah jukir lebih besar karena tugas kami yang paling berat di jalan,” ujar dia saat ditemui Solopos.com, Senin (16/11/2015).

Selain komposisi pendapatan yang dirasa tidak adil, Joko juga mengeluhkan jumlah setoran yang dibayarkan terus naik setiap tahun. “Setoran kurang serupiah saja tidak boleh. Kalau bisa tahun depan jangan naik dulu. Kami masih beradaptasi dengan sistem baru [elektronik],” harapnya.

Lebih lanjut Joko membeberkan sejak diterapkan sistem parkir elektronik Oktober lalu, jukir di lapangan masih dihadapkan pada kendala teknis peralatan. “Sampai sekarang masih suka nge-blank alatnya. Kalau tidak lancar digunakan, otomatis kami balik ke sistem manual. Bagi kami jukir sepeda motor, sistem progresif ini tidak berdampak di pendapatan,” bebernya.

Selain Joko, jukir lain yang ditemui di kawasan Coyudan, Rizky Hermawan, mengungkapkan intensitas alat ngadat sejak kali pertama diterapkan sampai saat ini relatif stabil.

“Hampir sepekan sekali alatnya pasti bermasalah. Sulit tersambung ke server. Kalau sudah begitu, kami harus lari sampai ke depan server sana [berjarak 50 meter lebih]. Pernah suatu hari, ngadat sampai tiga kali,” ujarnya.

Rizky sepakat dengan harapan teman-temannya sesama jukir elektronik agar diberikan kompensasi setoran retribusi tahun depan.

“Setoran jangan naik terus. Kami masih menyesuaikan diri. Sampai sekarang alatnya juga masih sering bermasalah,” katanya.

Menanggapi hal itu, Kepala Dishubkominfo Solo, Yosca Herman Soedrajat, mengatakan pihaknya masih mengevaluasi penerapan sistem parkir elektronik di kawasan Coyudan. Menurutnya, sistem elektronik harus terus berjalan dan dikembangkan di tempat lain.

“Lepas dari berbagai kendalanya, sistem parkir elektronik harus jalan dulu. Kalau tidak dimulai mencoba lebih dulu, kami tidak tahu kelebihan dan kekurangannya. Kalau ternyata alatnya banyak kendala, ke depan kami carikan solusi evaluasi mesin dicari yang cepat dan minim eror. Harapannya dengan sistem ini jukir juga bisa mendapatkan pemerataan distribusi penghasilan,” ujarnya.

Menurut Herman, tujuan akhir penerapan sistem parkir elektronik bukan diarahkan untuk mendongkrak pendapatan di sektor perparkiran. “Ini bukan soal PAD. Penerapan sistem ini lebih untuk meningkatan kualitas perparkiran. SDM jadi tambah kemampuan dan yang jelas ada transparansi pendapatan,” tutupnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya