SOLOPOS.COM - Suasana kawasan lahan parkir di utara Pasar Gede Solo, Rabu (11/5/2016). Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Perparkiran Kota Solo akan tetap melanjutkan rencana pembangunan gedung parkir di kawasan tersebut. UPTD Perparkiran siap beraudiensi memaparkan hasil kajian manfaat terkait penolakan dari DPRD Solo. (Ivanovich Aldino/JIBI/Solopos)

Penataan parkir Solo, Papatsuta menilai gedung parkir di Pasar Gede tak akan optimal.

Solopos.com, SOLO–Pasamuan Pedagang Pasar Tradisional Surakarta (Papatsuta) memprediksi pembangunan gedung parkir di sebelah utara Pasar Gede sisi timur tidak dioptimalkan pengunjung dan pedagang setempat.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Sekretaris Jenderal (Sekjen) Papatsuta, Wiharto, saat ditemui Solopos.com di Pasar  Gede, Rabu (11/5/2016) siang, menyebut wacana Pemerintah Kota (Pemkot) Solo membuat gedung parkir di Pasar Gede merupakan kebijakan yang reaktif.

“Pembangunan gedung parkir Pasar Gede imbas dari penataan kawasan yang gagal. Faktanya di sini ada disfungsi ruang. Toko yang jalan depannya dipakai lahan parkir semua sambat. Pedestrian dipakai untuk lahan parkir becak. Omzet pedagang di sini turun antara 30%-50% setelah penataan,” terangnya.

Lebih lanjut Wiharto mengemukakan Pemkot semestinya berkaca dari pembangunan Taman Parkir Loji Wetan yang hingga saat ini belum optimal. Menurutnya, gedung parkir empat lantai sistem bongkar pasang yang dibuat di Pasar Gede dengan anggaran senilai Rp12 miliar diperkirakan bernasib sama.

“Yang diuntungkan dari pembangunan gedung parkir itu hanya yang mengerjakan proyek. Dilihat dari kacamata masyarakat, pasti maunya yang praktis. Mau belanja saja harus naik gedung parkir beberapa lantai. Padahal pengunjung sebagian besar ibu-ibu. Buruh gendong juga harus membawa dagangan sampai ke atas. Ini harus dipertimbangkan saat membuat kebijakan,” jelasnya.

Menurut Wiharto, pembangunan gedung parkir di kawasan pasar tradisional idealnya turut disertai kajian sosial dan kultural. Apalagi, sambungnya, Pasar Gede merupakan kawaan cagar budaya yang pembangunannya harus mempertimbangkan eksistensi pasar.

“Kajian teknis saja tidak cukup. Bagaimana karakteristik pengunjung, pedagang, rutinitas seperti apa, sampai kendaraan yang ke sini berapa banyak, itu semua harus diperhatikan. Pembangunan harusnya mempermudah akses ke pasar sehingga bisa menjadi daya dukung ekonomi masyarakat sekitar. Jangan sampai bangunan yang sudah dibangun hanya menghabiskan uang rakyat,” paparnya.

Disinggung soal keterlibatan perwakilan Pasar Gede dalam penataan kawasan tersebut, salah satu bakul pasar setempat itu menyebut hanya sebatas sosialisasi. “Kami hanya diajak rembukan saat sosialisasi. Padahal ketika masuk tahap implementasi, masukan tidak efektif lagi. Harapan kami pembangunan dan penataan kawasan ini tidak mengganggu aspek ekonomi, sosial, dan budaya di sini,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya