SOLOPOS.COM - Pekerja menyelesaikan pembangunan selter di Jl. Tangkuban Perahu, Kelurahan Mojosongo, Kecamatan Jebres, Solo, Rabu (23/6/2015). Sejumlah 56 pedagang kaki lima (PKL) bakal menempati selter yang dibangun dengan dana APBD Pemerintah Kota (Pemkot) Solo senilai Rp1,481 miliar tersebut. (Irawan Sapto Adhi/JIBI/Solopos)

Penataan PKL, alasan sepi dan kurang tertata membuat pedagang selter Mojosongo minta penataan ulang.

Solopos.com, SOLO–Sejumlah pedagang kuliner di selter Mojosongo meminta Dinas Pengelolaan Pasar (DPP) Solo mendata dan menata ulang PKL di selter itu. Saat ini kondisi selter tersebut sepi dan kurang tertata.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Pantauan Solopos.com di selter Mojosongo, Selasa (26/1/2016), hanya ada beberapa pedagang yang berjualan di selter itu. Selain pedagang kuliner, ada beberapa pedagang yang berjualan buah, kelontong, dan dagangan non-kuliner lain. Padahal, selter tersebut awalnya dikhususkan untuk pedagang kuliner saja.

Seorang pedagang di selter Mojosongo, Hani, 44, mengatakan saat ini hanya ada beberapa pedagang yang berjualan di selter yang diresmikan Pemkot pada Juli tahun lalu itu. Untuk di selter bagian depan, hanya ada enam pedagang yang berjualan.

Hani meminta DPP bisa menata ulang pedagang yang berjualan di selter bagian depan. Dia berharap pedagang yang mendapat lokasi berjualan di bagian depan harus konsisten berjualan setiap hari.

Menurut warga Mojosongo ini, ketika selter di bagian depan terlihat ramai dan banyak pedagang akan menarik minat pengunjung. Namun, ketika selter di bagian depan sepi yang akan terdampak adalah pedagang yang berjualan di selter bagian dalam.

“Pengunjung mau berkunjung ke selter pusat kuliner ini kan juga melihat kondisi depannya. Kalau di bagian depan itu pada berjualan tentu bisa menarik pembeli. Tetapi, kalau tidak ada yang berjualan, pengunjung biasanya enggan untuk mampir,” jelas dia saat berbincang dengan Solopos.com.

Lebih lanjut, Hani berharap pedagang yang berjualan di bagian depan harus konsisten berjualan. Ini karena tampilan luar selter sangat berpengaruh terhadap keramian pedagang yang ada di selter bagian dalam. Dia juga DPP harus menegur pedagang yang sudah tidak aktif berjualan.

“Beberapa waktu lalu sudah ada dua pedagang yang tempat jualannya dicabut dan digantikan orang lain,” ujar dia.

Hani menambahkan penataan juga termasuk di barang dagangan yang dijual. Menurut dia, selter Mojosongo dikhususkan sebagai pusat kuliner. Namun, saat ini ada beberapa pedagang yang nekat berjualan buah dan kelontong.

“Kami tidak tahu kok bisa ada pedagang buah di pusat kuliner. Kami berharap DPP segera melakukan penertiban. Kalau itu dipasrahkan ke pedagang atau paguyuban ya tidak akan bisa berjalan,” jelas dia.

Pedagang di selter Mojosongo, Sugeng, 39, mengatakan sejauh ini ada beberapa pedagang yang sudah tidak aktif. Pedagang yang sudah tidak berjualan biasanya kehabisan modal.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya