SOLOPOS.COM - Ilustrasi kejahatan seksual kepada anak. (Antara)

Solopos.com, WONOGIRI — Pendidikan seksual untuk anak dibutuhkan guna mencegah kekerasan seksual menyasar anak kembali terulang, menyusul kasus pencabulan 12 murid di salah satu Madrasah Ibtidaiyah (MI) swasta di Wonogiri.

Hal itu disampaikan Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Wonogiri, Sriyanto, kepada Solopos.com, Selasa (30/5/2023).

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Menruut Sriyanto, pendidikan seksual masih cukup tabu diajarkan di sekolah-sekolah. Hal ini akan menjadi pembahasan internal Disdikbud Wonogiri bagaimana pendidikan seksual bisa disampaikan sesuai level anak, sehingga bisa menjadi upaya pencegahan.

Hal senada disampaikan Kepala Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Wonogiri, Anif Solikhin. Ia menyebut materi pencegahan dan penanganan kekerasan seksual dinilai perlu diberikan kepada peserta didik di Wonogiri. 

Menurut Anif pihaknya langsung bergerak cepat ketika mendapatkan informasi soal dugaan pencabulan yang melibatkan kesek dan guru terhadap belasan siswi. 

Terduga pelaku segera diberhentikan sementara dari tugas dan jabatannya untuk melindungi korban.

Pada sisi lain, dia menilai adanya kasus ini menandakan pelaku pencabulan yang diduga kasek dan guru pendidikan agama islam (PAI) itu gagal menjadi pendidik kepada siswa.

Alih-alih memberikan tuntunan, mereka justru memberikan contoh buruk, bahkan mengakibatkan trauma terhadap siswa.

“Sebenarnya, pembinaan terhadap pimpinan madrasah dan guru itu sudah ada. Sekolah pun wajib menciptakan lingkungan yang ramah anak. Maka ini sangat memprihatinkan,” kata Anif.

Dia juga menilai, kasus ini memperlihatkan masih lemahnya pendidikan seksual atau pemahaman tentang kekerasan seksual baik guru maupun murid. 

Selama ini, siswa madrasah sudah mendapatkan pendidikan seksual tetapi porsinya tidak banyak. Materi itu pun masih bergabung dengan mata pelajaran lain, tidak berdiri sendiri.

Oleh karena itu, dia menyebut madrasah maupun sekolah perlu memberikan materi khusus pendidikan seksual. 

Materi itu di antaranya berisi soal pencegahan dan penanganan kekerasan seksual. Dengan begitu, siswa menjadi tahu dan bisa bersikap aktif untuk melaporkan ketika terjadi kekerasan seksual. 

Hal ini sebagai upaya preventif untuk mencegah kekerasan seksual di lembaga pendidikan. “Ke depan, saya kira perlu materi soal pemahaman kekerasan seksual diberikan khusus kepada siswa,” ujar dia.

Anif juga mendorong yayasan-yayasan pemilik madrasah perlu memberikan perhatian khusus terhadap isu kekerasan seksual. 

Perekrutan dan pengangkatan guru yayasan jangan sampai hanya melihat akademik, tetapi juga karakter guru. 

Selain itu dia juga mendorong yayasan memiliki standar operasional prosedur tentang pencegahan dan penanganan kekerasan seksual.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya