Soloraya
Selasa, 21 Maret 2017 - 15:15 WIB

PENCABULAN KARANGANYAR : 16 Bocah Jadi Korban Sodomi, Bupati Yuli Prihatin

Redaksi Solopos.com  /  Rohmah Ermawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Anggota Satuan Reskrim Polres Karanganyar menggelandang pelaku sodomi kepada 16 anak saat jumpa pers di Mapolres, Senin (20/3/2017). (Sri Sumi Handayani/JIBI/Solopos)

Pencabulan Karanganyar, Bupati Yuli tanggapi kasus sodomi dengan korban 16 anak.

Solopos.com, KARANGANYAR – Terungkapnya kasus sodomi dengan korban 16 anak di Kecamatan Karanganyar, menjadi perhatian Bupati Karanganyar, Juliyatmono. Bupati menyampaikan keprihatinannya terkait kasus itu.

Advertisement

Yuli, panggilan akrab Juliyatmono, menekankan pentingnya pendampingan atau rehabilitasi kondisi psikis anak-anak korban pencabulan, agar tidak mengalami beban psikologis atau mental.

Menurut Yuli edukasi dan pemulihan kondisi psikis korban pencabulan penting agar mereka tak terobsesi untuk melakukan perilaku yang sama saat mereka menjadi remaja dan dewasa.

“Itu yang juga mesti disembuhkan secara mentalitas. Korban harus diedukasi, jangan sampai mengalami kasus serupa, korban balas dendam dengan cara menyakiti banyak pihak,” ujar dia saat diwawancarai wartawan di sela kesibukannya, Selasa (21/3/2017). (baca: Pemilik Salon Tak Menyangka Karyawannya Sodomi 16 Anak)

Advertisement

Diberitakan sebelumnya, Polres Karanganyar menangkap warga Karanganyar, F, 29, Kamis (16/3/2017), atas tuduhan sodomi terhadap anak di bawah umur. Saat pemeriksaan, F mengaku sudah menyodomi 16 anak usia 8 tahun-10 tahun selama kurun waktu 2003-2016 atau 13 tahun terakhir. F melakukan perbuatan bejat itu sejak berusia 15 tahun.

Lebih lanjut, Yuli menyerukan semua pihak agar mewaspadai perilaku-perilaku aneh, dan tertutup, dari orang di lingkungan masing-masing. (baca: Selama 13 Tahun, Pria Ini Sodomi 16 Anak)

Setiap tempat aktivitas anak harus diawasi, dan dipastikan dalam kondisi aman. “Jangan sampai ada aktivitas yang tidak diketahui siapa orang-orangnya, dan apa kegiatannya,” kata dia.

Advertisement

Disinggung opsi memberikan pendidikan seks dini kepada anak, Yuli kurang sependapat. Ia menyebut justru pendidikan karakter dan kesadaran lingkungan ke anak-anak yang harus diperkuat. Yuli menegaskan keluarga adalah benteng terakhir dan terpenting untuk melindungi anak.

“Banyak orang tua juga terkadang terlalu longgar kepada anak. Sepanjang anak tidak terlalu mengganggu, dianggap biasa-biasa saja. Kurang perhatian karena tak ada dialog,” tutur dia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif