Solopos.com, WONOGIRI – Kasus pencabulan di Wonogiri semakin meningkat. Korban pelecegan sesual ini cukup banyak dari kalangan remaja termasuk anak-anak yang masih duduk di bangku TK.
“Hampir semua orang tuanya itu perantauan. Kami mengamati sejauh ini anak-anak tinggal bersama kakek neneknya, atau dititipkan oleh saudara-saudaranya. Sedangkan kedua orang tuanya lama tidak pulang ke rumah karena berada di kota besar. Sehingga, anak-anak itu kehilangan perhatian orang tua,” papar Koordinator Fulltimer P2TP2A Wonogiri, Ririn Riyadiningsih saat ditemui Solopos.com di ruang kerjanya, Senin (13/1/2014).
Menurutnya, kondisi demikian sangat berpengaruh kuat terhadap pertumbuhan anak perempuan yang begitu rentan pengaruh dari luar. Terlebih lagi, mereka para korban itu berada pada tingkat perekonomian yang begitu rendah, atau miskin.
Tak ditampik pula jika teknologi komunikasi berupa handphone juga menjadi pemicu meningkatnya pelecehan seksual terhadap anak.
Beberapa kasus yang terjadi, korban terjebak oleh pelaku yang hanya dirayu lewat pesan singkat yang diajak bertemu di suatu tempat. Korban pun meresponnya. Setelah mereka berkencan ditempat yang ditentukan, anak lalu diperkosa.
“Hampir seluruh kasus pelecehan seksual terhadap anak dilakukan di luar rumah, seperti di semak-semak, hotel, atau di tempat-tempat yang sepi lainnya. Indikasinya, sering kali keduany berkencan melalui hp. Apalagi, Anak SD pun sekarang sudah banyak yang menggunakannya,” sesalnya.