SOLOPOS.COM - Ketua Komisi IV, Hartanti (kiri) beserta anggota Komisi IV, Anna Budiarti, mengecek kualitas kusen dalam pembangunan SMPN 11, Semanggi, Pasar Kliwon, Rabu (11/11/2015). (Chrisna Chanis Cara/JIBI/Solopos)

Infrastruktur pendidikan Solo, DPRD menyayangkan kualitas bangunan SDN Losari Pasar Kliwon yang belum difungsikan.

Solopos.com, SOLO–DPRD Solo mencak-mencak saat mengecek pembangunan SDN Losari, Pasar Kliwon, Kamis (11/11/2015). Sejumlah plafon sekolah mulai ambrol meski baru setahun dibangun. Mayoritas kusen pintu maupun jendela juga rusak sehingga tidak dapat digunakan maksimal.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Pantauan Solopos.com, jebolnya plafon terletak di sekitar teras sekolah. Hal ini membahayakan mengingat para siswa sering berlalu-lalang di halaman tersebut. Sementara itu, kayu-kayu pada kusen tampak menyusut sehingga tidak terpasang optimal. Sejumlah pintu bahkan tak bisa dikunci lantaran penyusutan kayu.  Rombongan sidak dari Komisi IV DPRD sontak geram dengan proyek yang dibangun 2014 tersebut. “Ini sangat disayangkan. Belum genap setahun kok bangunan sudah rusak,” ujar Ketua Komisi IV, Hartanti, saat ditemui Solopos.com seusai sidak.

Hartanti memertanyakan perencanaan dan fungsi konsultan pengawas dalam proyek miliaran rupiah tersebut. Menurut politikus PDI Perjuangan (PDIP) ini, kerusakan bangunan dalam waktu kurang dari setahun sangat tidak lazim.
Pihaknya menduga ada spesifikasi material yang tidak dipenuhi dalam pembangunan.

“Seperti kusen-kusen itu kan mestinya kayu jati. Kami menduga ada campuran akasia sehingga kualitas dikorbankan,” tuturnya.

Komisi IV juga menyayangkan belum terpasangnya sejumlah sekat pemisah antarkelas. Aktivitas siswa menjadi bercampur sehingga mengurangi ketenangan dalam belajar. Beberapa ruangan di lantai dua juga belum dipasang railing (terali pembatas) untuk keamanan siswa.

“Ternyata setelah dicek baru akan disusulkan tahun ini, sepaket dengan pembangunan paving dan taman senilai Rp542 juta. Mestinya poin-poin ini dipenuhi saat pembangunan gedung utama tahun lalu,” tukas Hartanti.

Anggota Komisi IV, Reny Widyawati, mendesak Pemkot lebih teliti saat menerima bangunan dari rekanan. Reny menilai selama ini Pemkot cenderung pasrah bongkokan pada konsultan pengawas.

Dia khawatir kerusakan bangunan sekolah akan berimbas pada pungutan ke anak didik. “Apalagi kerusakan di SDN Losari sudah di luar masa pemeliharaan.” DPRD berencana mengusulkan pembenahan SDN Losari di APBD 2016.

Di SMPN 11, Semanggi, legislator menemukan pembangunan dak yang diduga tidak sesuai bestek. Anggota Komisi IV, Kristianto, mengatakan ada retakan memanjang dalam bangunan dak sehingga menyebabkan rembes.

“Kalau cuma diplester bakal percuma karena retakannya cukup parah,” ujarnya mengomentari proyek yang didanai Rp5,7 miliar tahun ini tersebut.

Kristianto juga meragukan material penyusun kusen benar-benar terbuat dari kayu jati. Adapun pembangunan tahap pertama SMPN 27, Pajang, Laweyan, diproyeksi tidak selesai tepat waktu 14 November. Saat sidak, pekerjaan rabat lantai dasar sama sekali belum dilakukan. Pembangunan SMPN 27 tahun ini menelan dana Rp6 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya