Soloraya
Rabu, 25 Februari 2015 - 10:15 WIB

PENDIDIKAN SRAGEN : Jumlah Murid Minim, 26 SD Jadi Sasaran Regrouping

Redaksi Solopos.com  /  Rohmah Ermawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi kegiatan belajar mengajar di sekolah dasar.(JIBI/Solopos/Antara)

Pendidikan Sragen terkait jumlah murid di 26 SD yang minim sehingga kemungkinan akan digabung.

Solopos.com, SRAGEN – Kegiatan belajar mengajar (KBM) di 26 sekolah dasar (SD) negeri di Bumi Sukowati dinilai tidak efektif.

Advertisement

Kepala Seksi TK/SD Dinas Pendidikan (Disdik) Sragen, Effendi Darmono, saat ditemui wartawan di kantornya, Selasa (24/2/2015), mengatakan jumlah murid di 26 SDN tersebut terpantau kurang dibandingkan sekolah lain.

“Tolok ukurnya ada satu kelas yang jumlah siswanya kurang dari 20 anak,” ujar dia. Namun Effendi mengatakan opsi regrouping SDN yang kondisinya tak optimal harus mempertimbangkan banyak hal, salah satunya aspirasi masyarakat.

Effendi menjelaskan pada praktiknya ada sejumlah SDN yang keberadaannya sangat dibutuhkan masyarakat, kendati jumlah muridnya kurang. Sekolah-sekolah seperti itu menurut dia berada di wilayah pinggiran yang minim sekolah.

Advertisement

Effendi menerangkan langkah peleburan sekolah dimaksudkan untuk mengoptimalkan KBM. Selain itu peleburan sekolah untuk mengatasi situasi minimnya jumlah guru. Fenomena kekurangan tenaga guru terjadi beberapa waktu terakhir.

Dia mengungkapkan, Disdik telah melebur 11 sekolah dasar (SD) sepanjang tahun 2014. Langkah melebur sekolah-sekolah yang kekurangan murid akan dilanjutkan tahun ini.

Effendi menjelaskan peleburan 11 SDN tahun 2014 diputuskan melalui Keputusan Bupati Sragen Nomor 900/442/002/2014 tentang Penggabungan Sekolah Dasar Negeri Kabupaten Sragen. Jumlah SDN di Sragen saat ini 555 sekolah, 18 SD swasta, dan delapan SDLB.

Advertisement

Anggota Komisi IV DPRD Sragen, Fathurrohman, meminta Disdik cermat dan berhati-hati dalam menentukan kebijakan peleburan sekolah. Sebab menurut dia ada pertimbangan nonteknis yang tidak bisa dilepaskan dari kebijakan tersebut.

Politikus dari Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (FPKB) tersebut tidak ingin insiden gagalnya peleburan dua SDN di Gemolong akhir 2014 terulang. “Saya minta pejabat Disdik bijak dalam merencanakan langkah regrouping sekolah,” tutur dia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif