SOLOPOS.COM - Ilustrasi PAUD (JIBI/Harian Jogja/Antara/Dok)

Pendidikan Wonogiri khususnya pendidikan anak usia dini (PAUD) menjadi perhatian pemerintah.

Solopos.com, WONOGIRI –– Sebanyak 900 dari 1.500 Tenaga Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di Wonogiri belum standar lulusan sarjana (S1). Mereka masih lulusan SMP dan SMA.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Untuk memenuhi standar S1, guru PAUD diminta untuk mengikuti diklat pelatihan mengajar hingga melanjutkan ke pendidikan perguruan tinggi. Seketaris Himpunan Pendidikan dan Tenaga Pendidikan Anak Usia Dini Indonesia (Himpaudi) Wonogiri, Ratna Dwiningsih, mengatakan dari data Himpaudi Wonogiri jumlah guru PAUD di Wonogiri 2015 mencapai 1.500 orang.

Dari jumlah tersebut 60% atau 900 orang belum memenuhi stadar pendidikan lulusan S1. Bahkan yang mencanangkan dari lulusan S1 itu tidak semuanya lulusan dari fakultas keguruan.

“Data kami menunjukkan 50% lulusan SMA, 10% lulusan SMP, dan 40% lulusan S1,” ujar Ratna ketika ditemui Espos disela kegiatan diklat guru PAUD di Gor Giri Mandala, Wonogiri, Senin (23/2/2015).

Dia mengatakan 1.500 guru PAUD itu tersebar di 500 sekolahan PAUD di 25 kecamatan di Wonogiri. Guru tersebut tidak hanya mengajar di PAUD tetapi juga di Taman Penitipan Anak (TPA), kelompok bermain, dan posyandu.

“Guru yang belum lulus S1 [sarjana] sudah sadar untuk mengejar ketertinggalannya dengan cara mengukuti diklat hingga melanjutkan sekolah bagi yang mampu. Namun, sebagian guru memilih mengikuti diklat dengan alasan lebih cepat selesai,” kata dia.

Ratna mengakui banyak faktor kenapa guru PAUD di Wonogiri belum banyak lulus S1. Salah satunya adalah kendala biaya kuliah hingga kemiskinan. Maka dari itu pihaknya mendorong agar guru PAUD yang belum lulusan S1 untuk giat mengikuti pelatihan diklat yang dilaksanakan Dinas Pendidikan (Disdik) hingga Himpaudi.

“Hampir setiap tahun kami mengadakan diklat. Untuk tahun ini kami baru mengadakan diklat sekali di ikuti sebanyak 300 orang dilaksanakan tanggal 23-27 Februari. Diklat tahap II akan digelar sekitar pertengahan tahun dengan mengundang guru lain yang belum pernah ikut diklat,” jelas dia.

Dia mengatakan untuk pemateri diklat menghadirkan pemetari dari tingkat pemerintah Dinas Pendidikan Provinsi (Pemprov) hingga Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendibud). Dia menambahkan dari 25 kecamatan di Wonogiri ada tiga kecamatan yang kekurangan sekolah PAUD yakni Kecamatan Nguntoronadi, Parangupito, dan Karangtengah.

“Ketiga sekolahan itu hanya memiliki 12 sekolah PAUD. Idealnya per kecamatan ada sebanyak 20 PAUD. Untuk kekurangan jumlah sekolah itu kami berkordinasi dengan dinas terkait,” kata dia.

Ditemui terpisah, salah seorang guru PAUD Melati, Batuwarno, Widiastuti, mengaku sudah menjadi guru PAUD selama lima tahun dengan modal ijazah SMA. Karena harus ada standarisasi lulusan pihaknya memilih mengikuti diklat dibandingkan harus kuliah.

“Karena ini keharusan mau tidak mau guru yang belum lulus sarjana harus ikut diklat atau melanjutkan sekolah ke perguruan tinggi,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya