SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solo (Espos)–Kebutuhan pendirian bangunan sekolah darurat dan pasar darurat di kawasan bencana lahar dingin Merapi terus mendesak. Bangunan semipermanen dibutuhkan untuk tempat belajar bagi ratusan siswa. Demikian juga pasar darurat yang penting untuk menggerakkan ekonomi warga.

Kondisi ini dipaparkan Wakil Koordinator Forum Pengurangan Risiko Bencana Jawa Tengah (FPRB Jateng), Mulyadi saat workshop Perencanaan Program Kerja Bersama IOM dan FPRB Jateng di Indah Palace Hotel, Serengan, Solo, Jumat (21/1).

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

“Puluhan jembatan yang roboh menghambat warga untuk beraktivitas normal, seperti sekolah dan ke pasar,” kata Mulyadi. Untuk itu, pihaknya berkoordinasi dengan LSM dan Pemda untuk mendirikan sekolah dan pasar darurat. Saat ini, warga kesulitan memasarkan hasil kebunnya, sehingga banyak sayuran yang membusuk.

Mulyadi menambahkan saat bencana terjadi, banyak aset masyarakat yang rusak. Dengan usaha mitigasi risiko bencana, maka kerugian dapat diminimalisasi. “Perlu koordinasi semua pihak, termasuk komunitas-komunitas di daerah rawan bencana, seperti di sepanjang Kali
Opak. Komunikasi antara hulu dan hilir penting untuk mewaspadai lahar dingin,” tambahnya.

Menurut Disaster Risk Reduction (DRR) Field Supervisor IOM Jogja, Yohan Rahmat Santosa, International Organization of Migration (IOM) melaksanakan perencanaan program-program FPRB Jateng khususnya untuk pelatihan pengurangan risiko bencana berbasis masyarakat.

“Juga diperlukan penguatan kapasitas mitigasi yang diharapkan mampu melindungi aset-aset penghidupan yang sudah mulai dimiliki kembali oleh masyarakat di sana,” ujar Yohan.

aha

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya