Soloraya
Minggu, 14 Juli 2013 - 13:16 WIB

PENEMUAN BENDA PURBAKALA : Temuan Artefak di Batuwarno Diduga dari Zaman Neolitikum

Redaksi Solopos.com  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Penemu benda antik di Kecamatan Batuwarno, Maryono, menyusun benda perunggu yang diduga bernama candrasa atau sejenis kapak corong di rumahnya, Dusun Badran, Desa Batuwarno, Jumat (12/7/2013). Ada 21 buah benda yang diduga digunakan manusia purba zaman batu muda atau neolithikum. (Ayu Abriyani K/JIBI/Solopos)

Penemu benda antik di Kecamatan Batuwarno, Maryono, menyusun benda perunggu yang diduga bernama candrasa atau sejenis kapak corong di rumahnya, Dusun Badran, Desa Batuwarno, Jumat (12/7/2013). Ada 21 buah benda yang diduga digunakan manusia purba zaman batu muda atau neolithikum. (Ayu Abriyani K/JIBI/Solopos)

Solopos.com, WONOGIRI — Sejumlah artefak yang ditemukan wilayah Kecamatan Batuwarno, Wonogiri dipastikan anggota staf Kesejarahan dan Nilai Tradisi Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga (Disbudparpora) Wonogiri Gunar Setyawan kemungkinan berasal dari zaman batu muda atau neolithikum atau 1.000-2.000 tahun sebelum Masehi. Pada zaman itu, manusia purba mulai bermukim dan mengenal sedikit logam.

Advertisement

Gunar Setyawan yang saat dihubungi Solopos.com, Sabtu (13/7/2013), mewakili Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga (Disbudparpora) Wonogiri Teguh, mengaku telah mngecek benda-benda tersebut di rumah penemunya. Ia juga mencari informasi dari rekannya yang bekerja di Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Tengah.

“Saya sudah tanya salah satu teman saya di BPCB Jateng. Temuan yang berbahan baku perunggu diduga bernama candrasa. Biasanya untuk perlengkapan upacara religi. Sedangkan kapak dari batu tersebut juga ada di zaman yang sama. Keduanya ada di zaman batu muda atau neolithikum,” katanya .

Sedangkan 11 buah batu persegi seperti mata kapak, , berdasarkan informasi yang dihimpun Solopos.com dari berbagai sumber bernama kapak persegi. Kapak tersebut biasanya digunakan sebagai alat mencangkul atau memahat kayu. Bahan pembuatan kapak tersebut selain dari batu biasa, juga dari batuan kuarsa bening atau kalsedon yang oleh masyarakat awam kadang kala disebut sebagai batu api. Namun, untuk kapak jenis itu, hanya digunakan sebagai alat upacara keagamaan, azimat atau tanda kebesaran kepala suku yang bisa pula digunakan sebagai pemantik api.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif