SOLOPOS.COM - Sardi, 65, warga Dukuh Sambu, Desa Bendo, Nogosari, Ngemplak menunjukkan semburan gas dengan cara membakarnya dengan korek api, Minggu (25/4/2016). Warga menduga kandungan gas di bawah sangat besar. (Muhammad Ismail/JIBI/Solopos)

Penemuan gas Boyolali menurut kajian geologi merupakan biogas purba.

Solopos.com, BOYOLALI – Gas yang keluar dari sumur bor di Dusun Sambu, Desa Bendo, Kecamatan Nogosari, diperkirakan adalah gas metana.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Gas metana merupakan hasil pembusukan tumbuh-tumbuhan yang terkumpul pada rata-rata yang kemudian tertutup oleh debu vulkanik dalam waktu yang lama sehingga terbentuk gas metana. “Secara sederhana bisa disebut sebagai biogas purba atau gas rawa,” kata Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan ESDM (DPU dan ESDM) Boyolali, M.Kodri, saat ditemui solopos.com, di ruang kerjanya, Selasa (26/4/2016).

Dari pengecekan terakhir pada Senin (25/4/2016), dua sumur yang dibangun di depan Masjid Ar Rohman tidak lagi mengeluarkan gas. Gas hanya keluar dua sampai tiga hari dengan tekanan gas kurang lebih 0,1-0,2 kg/cm2.

Warga bisa memanfaatkan sumur tersebut untuk diambil airnya. Kendati demikian, DPU dan ESDM meminta warga membuat pagar atau penutup yang aman dan rapat di sekeliling sumur jika sewaktu-waktu gas kembali muncul tidak menimbulkan kebakaran.

“Jika gas kembali muncul secara kontinyu dengan tekanan dan volume yang mencukupi sebaiknya dibuat instalasi yang baik agar bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan rumah tangga,” papar Kodri.

Dari kajian tim DPU dan ESDM Boyolali, diketahui sejarah geologi lokasi sumur di Dusun Sambu telah berumur Pleistosen atau 1,5 juta tahun yang diendapkan dalam lingkungan darat yang merupakan rawa-rata tertutup material vulkanik hasil letusan gunung api. Biogas purba merupakan gas yang tidak berwarna, tidak berbau namun bisa terbakar.

“Yang bikin aneh, gas tidak menimbulkan panas. Selang besi yang dipasang warga itu, kalau disentuh tangan juga tidak panas meskipun gas keluar dan bisa mengeluarkan api,” kata dia.
Kemunculan gas rawa di Desa Bendo bukan kali pertama. Di Boyolali, fenomena alam serupa pernah terjadi di Desa Kunti, Kecamatan Andong tahun 2006. Gas mucul saat dilakukan pengeboran air tanah oleh warga untuk kebutuhan irigasi tanaman.

Gas muncul pada kedalaman 30 meter dengan kekuatan atau tekanan yang cukup besar selama dua pekan. Selain di Kunti, pengeboran sumur di Desa Babadan, Kecamatan Sambi September 2015 lalu juga dibarengi kemunculan gas. Gas habis setelah memancar selama sepekan.

Kodri menyampaikan temuan gas di beberapa daerah pernah bisa dimanfaatkan seperti di Desa Tangen, Sragen, yang bisa digunakan untuk kebutuhan tiga belas rumah tangga. Demikian pula gas rawa yang muncul di Pegunungan Dieng, Kecamatan Batur, Banjarnegara juga bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan rumah tangga.

Warga RT 005/RW 003 Desa Bendo, Sardi, 65, menyampaikan intensitas gas yang muncul dari sumur bor sudah berkurang. Air dari dalam sumur terutama sumur bor pertama juga mulai keluar. “Namun keluarnya belum stabil. Kalau di sedot pakai pompa mesin, bisa keluar tapi paling hanya seperempat jam, berhenti,” kata Sardi.

Untuk saat ini, warga belum berani memanfaatkan sumur bor yang dibangun kedua. Warga akan menunggu beberapa hari lagi untuk memastikan gas tidak lagi keluar dari dalam sumur.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya