SOLOPOS.COM - Anak-anak panti asuhan Yayasan Pemeliharaan Bayi Telantar (YPBT) dan Tempat Penitipan Anak (TPA) Siwi Mekar berfoto bersama sejumlah mahasiswa yang menggelar kunjungan di panti asuhan tersebut, Rabu (20/4/2022) sore. (Solopos.com/Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com, KLATEN – Usianya tak lagi muda, 59 tahun pada 2022. Namun, semangat ibu yang satu ini dalam memperjuangkan kesejahteraan anak telantar di Klaten terus menggelora.

Dia adalah Sri Rejeki, pengasuh sekaligus pimpinan Yayasan Pemeliharaan Bayi Telantar (YPBT) dan Tempat Penitipan Anak (TPA) Siwi Mekar, Kelurahan Gayamprit, Kecamatan Klaten Selatan. Sekitar 30 tahun terakhir, Sri Rejeki mengabdikan dirinya mengelola panti asuhan tersebut.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Saat ini, Sri Rejeki menjadi mama bagi 50 anak kurang beruntung. Mereka kurang beruntung lantaran tak dalam pengasuhan orang tua kandung sendiri. Bahkan, beberapa anak memiliki pengalaman diletakkan di depan panti ketika masih berumur beberapa hari kemudian ditinggal pergi.

Tak semuanya dalam kondisi normal. Ada tiga anak dengan kondisi penyandang disabilitas mental, penyandang disabilitas rungu wicara, serta disabilitas fisik. Sri Rejeki merawat mereka dengan sepenuh hati selayaknya anak sendiri.

Baca Juga: Kabur Saat Razia, Anak Jalanan di Klaten Ditabrak Sedan

Semangat Sri Rejeki merawat anak-anak kurang beruntung itu dilatarbelakangi pengalaman pahit yang pernah dia alami. Sri Rejeki juga memiliki latar belakang sebagai anak kurang beruntung sebagai anak terlantar.

Ketika masih bayi, Sri Rejeki sengaja ditinggalkan orang tuanya di Stasiun Jebres, Kota Solo. Bayi itu lantas ditemukan seorang pegawai kereta api (KA) yang kemudian membawanya untuk dirawat di salah satu yayasan di Kota Solo. Pada umur sekitar empat tahun, Sri Rejeki dirawat di Panti Asuhan Putri Aisyiyah Klaten.

Menginjak usia remaja, Sri Rejeki mulai aktif terlibat memperjuangkan YPBT yang didirikan oleh dr. Soeradji Tirtonegoro yang kini namanya diabadikan menjadi nama rumah sakit di Klaten.

Baca Juga: ANAK JALANAN KLATEN : Penghuni Rumah Singgah Melahirkan, Sukarelawan Kelabakan Cari Dana

“Sebelumnya yayasan di Jl. Pramuka kemudian pindah ke Jl. Pemuda. Sejak 2003 menempati di Gayamprit sampai sekarang. Tanah dan sebagainya semua beli secara mandiri dari hasil menabung,” kata Sri Rejeki saat ditemui Solopos.com, Rabu (20/4/2022) sore.

Pemacu

Pengalaman pahit Sri Rejeki ketika masih kecil menjadi pemacunya untuk memperjuangkan nasib anak-anak kurang beruntung mendapatkan hak yang sama seperti anak lainnya. Lantaran hal itu, dia getol memperjuangkan agar anak asuh di panti itu bisa memiliki akta kelahiran, jaminan kesehatan, hingga pendidikan yang layak.

“Untuk pendidikan paling tinggi SMA sementara paling kecil usia PAUD. Semuanya sekolah kecuali dua yang mengalami disabilitas. Alhamdulillah bagaimana pun caranya pembiayaan tetap kami usahakan agar mereka sekolah,” kata Sri Rejeki.

Baca Juga: Keberadaan Anjal di Klaten merebak

Sri Rejeki merasa bersyukur, puluhan anak itu tetap bisa mendapatkan hak-hak mereka selayaknya anak yang diasuh oleh orang tua kandung. Sri Rejeki juga bersyukur sebagian anak yang dia asuh selama bertahun-tahun kini bisa mandiri. Ada empat orang yang semula diasuh di YPBT sejak bayi hingga dewasa akhirnya bisa mandiri dan berumah tangga.

Dalam mengelola panti asuhan itu, Sri Rejeki dibantu 15 sukarelawan. Tak hanya mengandalkan donasi, panti itu memiliki sejumlah usaha seperti pangkalan elpiji, katering, hingga jualan es. Usaha-usaha itu menjadi salah satu penopang biaya operasional panti.

Donasi

Tak selalu perjuangan mengelola panti berjalan mulus. Selama dua tahun terakhir, tak ada dukungan dari pemerintah untuk pengelolaan panti asuhan itu. Alhasil, operasional panti mengandalkan donasi serta hasil usaha yang digulirkan panti.

Baca Juga: Perjuangan Belasan Panti Asuhan di Klaten Tetap Eksis Di Tengah Pandemi

Tantangan lain, yakni banyaknya permintaan orang-orang untuk mengadopsi anak yang dirawat di panti asuhan itu. Sri Rejeki bertekad merawat sendiri anak-anak panti itu hingga mereka bisa mandiri.

Meski ada banyak rintangan mengelola panti, bagi Sri Rejeki tak ada pengalaman duka yang dia rasakan. Dia pun tak pernah merasa lelah menjadi ibu asuh bagi puluhan anak.

“Semua disyukuri. Insya Allah, Allah SWT akan memberikan jalan yang terbaik,” kata dia.

Baca Juga: Syukuran HPN 2022, Polres Klaten dan Wartawan Baksos ke Panti Asuhan

Putri kandung Sri Rejeki, Rezky, 26, mengatakan ibunya mengasuh dan merawat anak YPBT selayaknya anak kandung sendiri. Dia menilai sosok ibunya mencurahkan seluruh waktunya merawat anak-anak kurang beruntung di panti terebut.

“Setahu saya mama jarang istirahat. Setiap saat meluangkan waktu untuk anak-anak,” kata Rezky yang kini juga membantu pengeloaan YPBT.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya