SOLOPOS.COM - Wulan Triastuti, 32, menunjukkan foto luka yang dialami putranya, Rabu (25/5/2016). (Taufiq Sidik P/JIBI/Solopos)

Penganiayaan Klaten yang menimpa seorang bocah balita mengundang keprihatinan.

Solopos.com, KLATEN – Penganiayaan Klaten diduga terjadi di Karanganom, Klaten Utara menimpa Farelio bocah berusia 5 tahun. Aksi sadis itu dilakukan pria berinisial Pranoto, 35, yang tak lain calon ayah tiri yang merupakan kekasih ibu Farelio bernama Wulan Triastuti, 32.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Selain mendapatkan perlakukan kasar, dipukul, disulut korek api, Farelio juga diminta makan kotorannya sendiri dan urine Pranoto. Kini kondisi Farelio mengalami trauma.

Baca:
Bocah 5 Tahun Dipaksa Makan Kotoran dan Urine
Begini Kondisi Farelio
Penganiaya Bocah Menghilang

Kini, Wulan bersama Farelio kembali tinggal bersama orangtuanya di Desa Kwaren, Ngawen, Klaten. Kondisi Farelio berangsur membaik meski bekas-bekas luka masih terlihat pada tubuhnya. Hanya, hingga kini bocah yang mengikuti pendidikan di tingkat PAUD itu masih mengalami trauma. “Hingga saat ini tidak mau sekolah,” tutur Wulan, Rabu (25/5/2016).

Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Klaten siap memberikan pendampingan kepada Farelio, 5, bocah yang diduga menjadi korban penganiayaan oleh pacar ibunya. Pendampingan difokuskan penyembuhan trauma yang dialami bocah tersebut setelah mengalami penganiayaan.

Koordinator P2TP2A Klaten, Hari Suroso, mengatakan tim segera mendatangi rumah keluarga korban di Dukuh Kwaren, Desa Kwaren, Ngawen. “Kami medampingi korban pada sisi psikologis. Soal proses hukum yang menangani polres. Rencana kami ke rumah orangtua korban. Ya dari tim kami seperti dari sukarelawan pendamping anak,” kata dia, Kamis (26/5/2016).

Dari laporan awal sukarelawan, korban diketahui masih mengalami trauma. Lantaran hal itu, tim dari P2TP2A segera melakukan penggalian informasi guna mendapatkan kondisi psikologis bocah itu.

Trauma Healing

“Yang kami lakukan memberikan trauma healing. Menurut laporan sementara dari sukarelawan yang tinggal di wilayah kecamatan tersebut, ada trauma yang dialami bocah itu. Jadi, kami lakukan assesment dulu untuk menggali informasi. Karena korban masih kecil, pastinya didampingi ibunya,” ungkap dia.

Seperti diberitakan sebelumnya, Farel, sapaan bocah itu, diduga dianiaya Pranoto, 35. Pria itu merupakan pacar ibu korban, Wulan Triastuti, 32. Penganiayaan bermula ketika Farelio dibawa Pranoto untuk dirawat di rumahnya, Dukuh Kemit, Desa Pepe, Ngawen dengan alasan mendidik bocah agar itu tak manja pada 28 April lalu.

Namun, ketika Wulan mengunjungi anaknya di rumah Pranoto pada 2 Mei, ia mendapati ada bekas luka di tubuh Farel. Berdasarkan pengakuan putranya, Wulan menjelaskan Farel kerap dianiaya Pranoto selama tinggal di rumah pria tersebut. Namun, Wulan tak bisa membawa putranya hari itu juga lantaran diancam Pranoto akan mengalihkan hak asuh Farel ke mantan suaminya.

Wulan bisa membawa Farel tinggal bersamanya pada 5 Mei seusai diajak berlibur bersama keluarga Pranoto. Pada 6 Mei, orangtua Wulan melaporkan dugaan penganiayaan itu ke polisi. Luka yang dialami bocah malang itu diantaranya memar pada pipi kanan, luka pada telinga dan bibir, bekas cekikan pada leher, memar pada paha, serta bengkak pada kemaluan. Bocah itu juga diduga disuruh memakan kotorannya sendiri dan meminum urine.

Meski kondisi fisik Farel berangsur membaik, bocah itu masih mengalami trauma. Keterangan dari keluarga, hingga kini bocah usia PAUD itu tak mau sekolah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya