SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

SUKOHARJO–Pengelolaan air yang berbasis dengan kearifan lokal harus tetap dilestarikan. Hal itu terungkap dalam seminar nasional bertaujuk Pengelolaan Sumber Daya Air Berbasis Kearifan Lokal di Universitas Veteran Bangun Nusantara (Univet Bantara) Sukoharjo, Rabu (5/6/2013).

Dosen Program Studi Teknik Sipil Univet Bantara, Supadi, yang juga menjadi pembicara, mengatakan pengelolaan air seperti Subak di Bali, perlu dilestarikan, sebab sistem tersebut sudah sesuai dengan kawasan yang bersangkutan.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Dulu, kata dia, pengelolaan air irigasi hampir semuanya diatur oleh pemerintah, sedangkan para petani tinggal menikmatinya atau top down. Namun paradigma baru pengelolaan air, imbuhnya, yakni bottom up.

“Petani ikut merencanakan pembangunan irigasi sehingga apa yang diinginkan oleh para petani bisa terakomodasi oleh pemerintah. Jadi pemerintah tinggal mendorong dan memfasilitasi apa yang diinginkan oleh pengguna air, seperti petani,” ujar Supadi di Univet.

Ia juga menilai rusaknya sejumlah saluran irigasi disebabkan oleh perilaku masyarakat itu sendiri. Mereka ada yang membuang sampah di saluran air, sehingga kapasitas saluran air tidak kuat menampung material sampah dan air. Selain itu, kata dia, diperlukan juga manajemen pengelolaan air agar saat musim hujan tidak terjadi banjir, sedangkan saat kemarau tidak kekeringan.

Pembicara lain dari Pusat Litbang Sumber Daya Air (SDA) Surakarta, Isdiyana, mengatakan ada tiga cara pengelolaan SDA berbasis kearifan lokal, yakni dengan konservasi, pendayagunaan dan pengendalian daya rusak.

Konservasi antara lain bisa dilakukan dengan membuat sumur resapan. Sedangkan pendayagunaan bisa dilakukan dengan berbagai cara, seperti pembuatan akuifer, penerapan irigasi perpipaan, irigasi sistem genangan untuk lahan basah dan irigasi pancar. Selain itu, sambung Isdiyana, ada juga pengelolaan SDA menggunakan teknologi menaikkan air dengan tenaga air.

“Tekonologi ini sangat hemat sebab tanpa membutuhkan tenaga listrik dan bahan bakar minyak,” ungkapnya.

Teknologi tersebut yakni kincir air yang berfungsi menaikkan air setinggi kincir air dan hidrolik ram (hidram) yang bisa berfungsi menaikkan air 15 kali lebih tinggi dari tekanan sumber airnya. Ketiga yakni teknologi pompa air tenaga hidro, sebagaimana diterapkan di Bendungan Colo.

“Pompa air tenaga hidro dapat menaikkan air sampai ratusan meter per detik pada ketinggian puluhan atau ratusan meter,” terang Isdiyana.

Keuntungan dari teknologi ini, tambahnya, yakni efisiensi energinya sangat tinggi, yakni hingga 75 persen. Selain itu, teknologi tersebut juga bisa berjalan 24 jam secara terus menerus serta mudah dan murah dalam pemeliharaannya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya