SOLOPOS.COM - Tangkapan layar acara webinar Institut Teknologi Sains dan Kesehatan (ITS) PKU Muhammadiyah Solo bertajuk Sinergisme Institusi STKA bersama IPAI dalam Upaya Menciptakan Profesional Tanggap Bencana, Sabtu (18/12/2021). (Espos/Ika Yuniati)

Solopos.com, SOLO — Manajemen pengelolaan krisis kesehatan penting dalam menanggulangi bencana.

Hal itu disampaikan oleh Kepala Pusat Krisis Kesehatan, Kementerian Kesehatan, Eka Jusup, saat mengisi acara webinar Institut Teknologi Sains dan Kesehatan (ITS) PKU Muhammadiyah Solo. Webinar bertajuk Sinergisme Institusi STKA bersama IPAI dalam Upaya Menciptakan Profesional Tanggap Bencana dilaksanakan Sabtu (18/12/2021).

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Baca Juga : Objek Wisata di Boyolali Boleh Buka Saat Nataru, Tapi…

Eka Jusup mengatakan pengelolaan krisis kesehatan perlu ditekankan dengan beberapa alasan. Alasan pertama, mendukung program transformasi kesehatan melalui upaya penguatan ketahanan kesehatan.

Kedua, meningkatkan pelayanan dan perlindungan kesehatan masyarakat sebagai korban bencana. Ketiga, pengelolaan krisis kesehatan perlu manajemen secara keseluruhan mulai tahap prakrisis, darurat krisis, dan pascakrisis kesehatan.

“Pengelolaan krisis kesehatan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari penanggulangan bencana secara umum dan ini sangat penting keberadaannya,” terang Eka.

Baca Juga : Lawan Sriwijaya FC Jadi Laga Hidup Mati Persis Solo

Lebih lanjut, Eka menyebut tiga prosedur penting dalam hal penanganan tanggap bencana, yaitu prakrisis kesehatan, darurat krisis kesehatan, dan pascakrisis kesehatan. Ketiganya harus ditangani secara seimbang.

“Persiapan infrastruktur untuk peringatan dini sangat penting untuk mengurangi korban. Selain itu edukasi masyarakat juga penting. Bagaimana masyarakat paham. Ini tugas bersama,” kata dia.

Ketua Dewan Pengurus Daerah (DPD) Ikatan Penata Anestesi Indonesia (IPAI) wilayah Jawa Tengah, Tri Budi Santoso, membenarkan pentingnya pengelolaan krisis dan tanggap bencana.

Baca Juga : Kementerian BUMN Fokuskan Sasaran CSR 2022 Pada Tiga Aspek, Apa Saja?

Selain itu, Tri Budi juga menyampaikan membutuhkan sinergi semua pihak untuk mempersiapkan penanggulangan bencana. Sinergi tersebut melibatkan semua lini, mulai dari sukarelawan, pemerintahan, hingga masyarakat.

Sinergi, katanya, bertujuan menyiapkan beberapa hal. Beberapa di antara menyiapkan sukarelawan agar mandiri, cepat, dan tanggap.

Selain itu meningkatkan kapasitas dan kemampuan personel sukarelawan profesi dan pemahaman tentang regulasi penanggulangan bencana. Dia mengingatkan bahwa penanganan bencana tak bisa dilakukan asal-asalan.

Baca Juga : Suku Mante, Manusia 60 Cm yang Diduga Masih Ada di Hutan Belantara Aceh

Ketua Panitia, Andang Sudarmono, menuturkan acara tersebut diikuti 400 peserta dari 34 provinsi. Mereka merupakan mahasiswa ITS PKU Muhammadiyah Solo serta program alih jenjang angkatan pertama.

Acara bertujuan membangun sinergi tanggap bencana di semua lini. Pada kesempatan itu, panitia mengumumkan penggalangan dana korban erupsi Semeru terkumpul Rp25 juta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya