SOLOPOS.COM - Ilustrasi Membatik (Dok/JIBI/Solopos)

Ilustrasi Membatik (Dok/JIBI/Solopos)

Ilustrasi Membatik (Dok/JIBI/Solopos)

Solopos.com, SOLO – Pengembangan batik dapat dilakukan dalam konteks wisata kreatif, mulai dari pembuatannya hingga keragaman motif hingga falsafah yang terkandung di dalamnya.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Pelestarian batik ini juga harus dilakukan secara berkelanjutan, atau secara turun temurun kepada setiap generasi. Hal ini diungkapkan ketua Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan (FPKBL), Alpha Fabela Priyatmono, dalam sesi Dinamika 103 Solopos FM, Rabu (2/10/2013)

Dalam kesempatan tersebut, Dosen Arsitektur Universitas Muhammadiyah Surakarta ini juga mengungkapkan bahwa pengembangan dan pelestarian batik harus ramah lingkungan, produk yang ekonomis, dan konsep berbasis teknologi agar tidak kalah dalam persaingan.

“Dengan batik kita bisa melukis dunia, karena batik kaya akan ragam motif. Namun jangan sampai kita terlena oleh terlalu euphoria pengakuan batik sebagai warisan dunia oleh UNNESCO. Batik adalah tradisi, dan masyarakat setidaknya harus bisa membedakan batik tulis dan batik cap, bahkan motifnya. ,” jelas Alpha.

Motif-motif batik menurut Alpha adalah karya adiluhung dan memiliki filosofi yang mencakup kehidupan manusia, mulai dari lahir hingga mati. Kain batik ini hendaknya juga tidak ditempatkan sembarangan, misalnya dijadikan kain lap. Alpha menambahkan, motif batik apapun sebenarnya bisa dipakai asalkan sopan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya