SOLOPOS.COM - Ilustrasi (JIBI/SOLOPOS/Dok)

Ilustrasi pengeroyokan siswa (JIBI/SOLOPOS/Dok)

WONOGIRI — Pengeroyokan siswa senior terhadap yunior terjadi di SMPN 3 Baturetno, Jumat (1/3/2013). Seorang siswa kelas VIII yang juga Ketua Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS), Ipung Setya Utama, 14, dianiaya empat orang kakak kelasnya. Ia pun harus dirawat di Puskesmas Rawat Inap Baturetno karena mengluh nyeri di dada dan perut.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Informasi yang dihimpun, pengeroyokan tersebut terjadi di kamar mandi sekolah. Kekerasan fisik itu merupakan imbas dari upaya penegakan kedisiplinan yang dilakukan pengurus OSIS. Sekitar pukul 07.00 WIB, Ipung bersama beberapa pengurus OSIS ditugasi pembinanya melakukan penertiban atribut sekolah. Saat penertiban di kelas IX, ada beberapa siswa memakai ikat pinggang yang tidak sesuai dengan tata tertib. Ipung lalu mengingatkan mereka.

Ternyata, beberapa di antaranya ada yang tidak terima dengan hal tersebut. Sekitar pukul 09.00 WIB, saat pergantian jam pelajaran, Ipung dihampiri empat kakak kelasnya dan diajak ke kamar mandi. Ia kemudian dipukuli dan ditendang oleh empat orang kakak kelasnya itu.

Kepala SMPN 3 Baturetno, Dwi Marwoto, mengakui adanya kejadian tersebut.

“Memang benar, ada kejadian itu [pengeroyokan] di sekolah saya. Tapi, sudah kami selesaikan bersama guru bimbingan konseling. Empat orang siswa itu kami panggil untuk meminta maaf kepada Ipung. Mereka juga langsung kami bina,” katanya saat dihubungi Solopos.com, Sabtu (2/3/2013).

Ia menyatakan, Ipung lalu dibawa ke unit kesehatan sekolah (UKS) untuk penanganan pertama dan kemudian diantar seorang petugas tata usaha (TU) untuk pulang ke rumah. Setelah itu, orangtua Ipung datang ke sekolah untuk menanyakan kebenarannya karena Ipung mengatakan dikeroyok seniornya.

“Kami lalu menjelaskan hal yang sebenarnya dan sudah ada pembinaan dari pihak sekolah. Tapi, menurut orangtua Ipung, pamannya sudah melapor ke kepolisian,” ujarnya.

Menurut Dwi, pihak sekolah juga telah memanggil orangtua pelaku untuk memberikan pengertian kepada anak-anak mereka. Ia juga memberi tahu anak dan orangtuanya jika kejadian itu telah dilaporkan ke polisi.

“Kami juga memberi pengertian kalau nanti dipanggil polisi, jangan kaget. Biar saja ini menjadi pelajaran mereka dan orangtuanya agar lebih memperhatikan perilaku anak-anaknya,” imbuhnya.

Sebab, lanjut dia, empat siswa tersebut terkenal bandel di sekolahnya. Mereka kerap melanggar beberapa aturan sekolah di antaranya membolos dan tidak mengikuti les di sekolah.

Terpisah, Kepala Puskesmas Rawat Inap Baturetno, Budi Asari, mengatakan Ipung dibawa ke rawat inap pada Jumat siang seusai jam pulang sekolah. Saat itu, Ipung mengeluh sesak di bagian dada dan nyeri di perut sehingga perlu dirawat dan dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.

“Secara umum, saat ini kondisi Ipung sudah membaik. Kemarin [Jumat], kami sudah melakukan rontgen dan hasilnya baik. Tidak ada kecurigaan luka di bagian organ dalam. Luka lebam juga tidak kami temukan. Kemungkinan hari ini sudah bisa pulang,” katanya saat dihubungi Solopos.com, Sabtu.

Kapolsek Baturetno AKP La Amani, mewakili Kapolres Wonogiri AKBP Tanti Septiyani, menyatakan telah menerima laporan penganiayaan tersebut, Jumat. Pihak kepolisian akan mengecek kebenaran laporan tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya