Soloraya
Selasa, 26 September 2023 - 19:16 WIB

Penggilingan Padi di Sragen Bermain Aman Sikapi Tingginya Harga Gabah

Tri Rahayu  /  Kaled Hasby Ashshidiqy  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Sejumlah pekerja sedang menggiling gabah menjadi beras di sebuah penggilingan padi kecil di wilayah Sragen Kota, Sragen, Sabtu (2/9/2023). (Istimewa)

Solopos.com, SRAGEN — Pengusaha penggilingan padi di Kabupaten Sragen memilih bermain aman menyikapi tingginya harga gabah yang mencapai Rp7.500/kg. Ketika berspekulasi membeli gabah dengan panen yang terbatas, mereka tetap sulit untuk mendapatkan laba.

Mereka berharap saat panen raya sekitar sebulan mendatang harga gabah bisa turun sehingga bisa kembali berbisnis.

Advertisement

Pengusaha penggilingan padi anggota Perkumpulan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia (Perpadi) Sragen, Rosyid Ridho,  Selasa (26/9/2023), mengungkapkan 50% pengusaha penggilingan padi skala kecil yang gulung tikar saat harga gabah masih tinggi. Mereka tidak berani berspekulasi.

Melihat kondisi masih sedikit petani yang panen sekarang ini kemungkinan jumlah penggilingan padi yang tidak beroperasi bisa bertambah menjadi 60%. Sementara panen raya paling cepat terjadi setengah bulan sampai sebulan mendatang. Di saat itu Rosyid berharap mereka bisa kembali berbisnis beras.

Meski pemerintah sudah menggel;ar operasi pasar dan menyalurkan bantuan beras di masyarakat, namun harga pangan pokok itu tak juga turun. Ini dikarenakan barang memang belum banyak. “Yang punya pesanan lancar, masih bisa tetap jalan. Tetapi yang tidak punya pesanan ya mandek karena mau jual ke siapa. Mau beli juga malas karena mencari untung sulit,” ujar Rosyid yang tinggal di Masaran, Sragen.

Advertisement

Menurutnya situasi sekarang serba repot. Akhirnya banyak pengusaha penggilingan padi dan pengusaha beras memilih mencari aman. Rosyid sendiri lebih dulu melihat pasar seperti apa sebelum membeli beras. Kalau sulit mendapat untung, ia memilih tak membeli beras.

Sebagai gambaran, harga beras PK [pecah kulit] dalam kondisi normal satu rit harganya Rp80 juta. Tetapi saat ini bisa mencapai lebih dari Rp100 juta. Sementara keuntungan belum pasti didapat.

Saat ini sebagian petani sudah mulai panen, tapi belum banyak. Ada bakul yang berani spekulasi dengan menebas padi saat masih hijau. Biasanya dibeli dengan harga Rp18 juta per patok secara tunai.

Advertisement

Dengan situasi seperti ini, Rosyid memprediksi harga beras tetap tinggi beberapa waktu ke depan. Apalagi intervensi pemerintah saja tidak mampu menurunkan harga beras secara signifikan.

Sementara, Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Sragen, Suratno, mengungkapkan harga gabah di lapangan naik sejak tiga hari terakhir, dari Rp7.200/kg menjadi Rp7.500/kg.

Sekretaris KTNA Sragen, Muklis Ar Rosyid, menyampaikan kenaikan harga itu sudah dilaporkan ke Sekretaris Daerah (Sekda) Sragen. Tingginya harga gabah itu karena yang tanam padi tidak banyak dan pasokan sedikit. Di Kedawung, sambungnya,  ada 500 hektare tanaman padi mengalami bera. Kemudian di wilayah Grobogan dan Pati tidak ada yang tanam.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif