SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

KARANGANYAR–Penggunaan pupuk Sriwidjaja (urea) di Kabupaten Karanganyar dari tahun ke tahun mengalami penurunan.

Disinyalir hal itu akibat kian beragamnya alternatif pupuk yang beredar di pasaran, sehingga petani leluasa memilih produk yang diinginkan.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

“Penyerapan pupuk ke petani di Karanganyar mengalami penurunan. Dibanding tahun 2011, penyerapan tahun 2012 mengalami penurunan kira-kira 5,9 persen,” papar Kepala Gudang Persediaan Pupuk Sriwidjaja di Palur, Jaten, Karanganyar, Suprayitno ketika ditemui Solopos.com di ruang kerjanya, Rabu (16/1/2013).

Menurut dia sesuai SK Gubernur Jateng dan Bupati Karanganyar, kabupaten setempat pada 2011 dan 2012 masing-masing mendapat alokasi pupuk sebanyak 28.580 ton. Namun dari jumlah alokasi itu tidak semuanya bisa diserap. Tahun 2011 pupuk yang terserap sebanyak 83 persen, dan tahun 2012 turun lagi menjadi 77,1 persen.

Dia menjelaskan kecenderungan penurunan penyerapan pupuk urea oleh para petani di Karanganyar terjadi sejak tiga tahun terakhir. Sejumlah petani mulai melirik produsen pupuk lainnya seperti Pupuk Kaltim, Pupuk Kujang, Pupuk Pelangi dan sebagainya.

Sebab produsen tersebut melengkapi diri pupuk mereka dengan nitrogen, posfor dan kalium (NPK). Pupuk yang demikian ini, papar dia, saat ini lebih diminati olah para petani.

Kendati demikian pihaknya masih mendatangkan pupuk secara rutin untuk mengisi gudang di Palur. Karena hal itu dimaksudkan untuk mencegah terjadinya kelangkaan pupuk.

“Ketentuanya memang demikian, suatu gudang paling tidak harus mempunyai stok pupuk untuk dua pekan. Sehingga dua pekan ke depan kebutuhan pupuk di Karanganyar harus aman.”

Menyinggung penyerapan pupuk urea di wilayahnya, Prayitno mengatakan saat ini Matesih dan Kerjo mendominasi penyerapan pupuk. Matesih, dari alokasi 1.365 ton, 1.320 ton di antaranya terserap. Kerjo dari alokasi 1.596 ton, pupuk yang terserap 1.474 ton. Colomadu merupakan wilayah yang dinilai paling rendah penyerapannya, dari alokasi 1.800 ton, hanya 1.007 ton yang terserap.

Secara terpisah salah seorang petani di Klodaran, Colomadu, Warto mengaku sudah laka meninggalkan pupuk urea. Saat ini dia mengaku lebih suka menggunakan pupuk NPK.

“Saya lebih mantap menggunakan NPK karena dampaknya ke tanaman memang lebih bagus,” terang dia.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya