Soloraya
Jumat, 22 Oktober 2021 - 16:33 WIB

Penggunaan Sumur Sibel oleh Petani Jaten Tak Terkendali, Ini Bahayanya

Indah Septiyaning Wardani  /  Kaled Hasby Ashshidiqy  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi sumur submersibel (sibel). (youtube)

Solopos.com, KARANGANYAR — Sebanyak 85% petani di Kecamatan Jaten, Kabupaten Karanganyar, mengandalkan suplai air dari sumur submersible atau sumur sibel untuk mengairi lahan pertanian mereka. Penggunaan sumur sibel ini makin marak dan dikhawatirkan bisa mengurangi cadangan air dalam tanah.

Ketua Gapoktan Kecamatan Jaten, Hari Susanto, mengatakan dalam beberapa tahun terakhir ini pembuatan sumur sibel tidak terkendali. Bahkan jarak antarsumur hanya 100-200 meter. Jarak ini dinilai terlalu dekat dan kurang ideal sehingga dikhawatirkan mampu mengurangi cadangan air tanah.

Advertisement

“Penggunaan sumur sibel banyak dilakukan karena kemudahan pemakaian pompa air. Pompa airnya juga memakai listrik, dan lebih hemat dibandingkan bahan bakar minyak (BBM),” kata dia ketika berbincang dengan wartawan, Jumat (22/10/2021).

Baca Juga: Evaluasi PTM, Disdikbud Karanganyar akan Gelar Tes Swab Acak di Sekolah

Menurut dia, penggunaan sumur sibel saat ini makin menggeser irigasi teknis yang bersumber dari air waduk. Seperti kondisi sekarang di saat Dam Colo ditutup, petani mengandalkan air sumur sibel. Sekitar 80 persen pembuatan sumur sibel dibiayai dana aspirasi anggota DPRD. Pengucurannya melalui APBD yang dikelola Dinas Pertanian.

Advertisement

“Sumur sibel digali berkedalaman 70 meter lebih. Biaya pembuatannya pun tidak sedikit. Satu titik mencapai puluhan juta rupiah,” katanya.

Dampak negatif dari eksploitasi air tanah mulai terasa sekarang. Debit air sumur sibel mulai mengecil di beberapa lokasi. Cadangan air tanah mulai mengecil.

Baca Juga: Belum Divaksin Tapi Pengin Bikin SIM? Ini Solusinya

Advertisement

Hari berharap ada solusi dari Dinas Pertanian. Utamanya ada pengaturan pengucuran air sumur sibel antarpemilik serta jarak ideal penggalian sumur. Petani di wilayahnya cenderung bercocok tanam padi tanpa jeda. Kada ada petani yang dalam setahun bisa empat kali melakukan tanam padi. Tanaman pangan ini membutuhkan banyak air selama pertumbuhannya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif