SOLOPOS.COM - Dua anak Sardi, warga Semanggi, Pasar Kliwon, yang pernah menjadi Ketua FKKB Soloraya, membantunya berbaring d tempat tidur, Selasa (22/2/2022). (Solopos/Izzul Mutaqin)

Solopos.com, SOLO — Seorang perempuan warga Kelurahan Semanggi, Pasar Kliwon, Solo, Sri Wahyuni Puji Astutik, harus menghidupi delapan anggota keluarganya, padahal penghasilan per harinya hanya Rp200.000.

Ayah Sri Wahyuni, Sardi, sudah tidak bisa lagi mencari nafkah karena sakit. Pria yang bekerja sebagai penarik becak itu mengalami stroke pada April 2021 lalu.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

“Jadi sejak bapak sakit, saya yang bekerja. Apa pun saya lakukan agar mendapatkan uang untuk memenuhi kebutuhan saya, bapak, dan adik-adik,” ungkap saat ditemui Solopos.com di rumahnya, Selasa (22/2/2022).

Baca Juga: Wah, 3 Kelurahan di Solo Dapat Bantuan Kotaku dari DFAT Australia

Tak hanya itu, dengan penghasilan tersebut warga Semanggi, Solo, itu juga harus menghidupi empat anaknya. “Jadi ada sekitar delapan orang yang harus saya biayai. Empat anak saya, dua adik yang masih kuliah, satu adik yang mengalami gangguan jiwa, dan bapak,” ungkapnya.

Sementara jumlah maksimal uang yang bisa ia kumpulkan dalam satu hari hanya Rp200.000. Itu pun dari hasil kerja selama sehari semalam.

“Kalau di siang hari, saya biasanya nyapu, bantu-bantu orang dan lain sebagainya. Kalau malam, saya biasanya bantu teman live jualan baju,” ungkapnya.

Baca Juga: Sarasehan Soloraya: Optimisme Masa Depan Ekonomi Berbasis Digital

Menurut warga Semanggi, Solo, itu, dengan penghasilan Rp200.000 sehari, ia harus ekstra berhemat. Agar uang itu cukup untuk memenuhi kebutuhan semua anggota keluarga. “Jadi saya harus masak. Kadang lauknya hanya sayur-sayuran. Namun itu sudah membuat kami bahagia,” ujarnya.

Bagaimana untuk biaya sekolah adik-adiknya? Kata Sri, dua adiknya mendapat beasiswa. “Kebetulan mereka berdua cukup pintar sehingga dapat beasiswa. Yang satu sudah semester VIII, sementara satunya lagi masih semester I,” ungkapnya.

Ketua FKKB Soloraya

Lebih lanjut, Sri menceritakan kisah sang ayah. Menurutnya, sebelum sakit Sardi adalah pria yang sangat aktif berorganisasi. Ia pernah menjadi Ketua Foum Komunikasi Keluarga Becak (FKKB) Soloraya.

Baca Juga: Percepat Vaksinasi, Polisi di Solo Dikerahkan Antar Jemput Warga Lansia

Selain itu, Sardi juga sering mengikuti kegiatan-kegiatan sosial seperti donor darah. “Namun, akhirnya bapak sakit. Dia pingsan persis setelah donor darah. Hingga keadaannya seperti ini [stroke],” ujarnya.

Untung saja, PMI mau membantu dan memberikan perhatian kepada ayahnya. “Namun karena HP saya yang dulu hilang, saya kehilangan kontak orang-orang PMI. Sebelum-sebelumnya mereka cukup membantu,” ungkapnya.

Menurut informasi, anak Sardi sejatinya ada tujuh orang. Dua dari mereka dari istri pertama. Sementara lima lainnya dari istri kedua.

Baca Juga: Drop Out, Ribuan Warga Solo Harus Mengulang Vaksinasi Covid-19

Dua saudara tiri Sri sudah menikah dan tinggal bersama istri masing-masing. Satu lagi anak mengalami gangguan jiwa. Dengan begitu, yang sekolah hingga bangku perkuliahan hanyalah dua adik tirinya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya