SOLOPOS.COM - Edy Poerwanto (JIBI/SOLOPOS/Trianto Hery Suryono)

Edy Poerwanto (JIBI/SOLOPOS/Trianto Hery Suryono)

Wonogiri (Solopos.com)–Para pengusaha angkutan umum, utamanya transportasi antarkota dalam provinsi (AKDP) mengaku prihatin terhadap perkembangan usahanya.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Pengusaha tersebut mengibaratkan dirinya sebagai layu yang tak akan berkembang, karena transportasi sekarang kalah dengan kendaraan pribadi, utamanya motor.

Agar usaha tidak kolaps, pengusaha harus melakukan diversifikasi usaha, seperti toko onderdil, SPBU ataupun melayani pupuk dan sebagainya.

Pernyataan itu disampaikan pengusaha bus di Wonogiri, seperti Novri Roesmono, H Margono, Toto Prasojo, Budi Narwanto maupun Ketua baru DPC Organda Wonogiri, Edy Poerwanto saat ditemui Espos secara terpisah, Rabu (2/11/2011).

Pemilik bis Sedya Mulya, Budi Narwanto mengaku lima tahun terakhir telah mengalihkan usaha transportasinya untuk melayani rute jarak jauh.

“Kami melayani trayek Wonogiri-Bali karena trayek jarak dekat tidak menjanjikan. Trayek jarak pendek sudah kalah dengan motor sehingga kami banting setir ke AKAP ataupun bus pariwisata,” ujar pemilik SMtrans.

Hal sama dilakukan oleh bos PO Sumba Putra, Edy Poerwanto yang telah membuka trayek Wonogiri-Sumatra. Sedangkan, H Margono, pemilik bus AKAP Tunggal Dara Putra mengaku, penumpang bus AKAP sudah menjadi pelanggan.

“Saat sekarang calon penumpang bis AKDP ya itu-itu saja. Tidak bertambah namun semakin turun karena telah beralih ke motor. Kasihan pengusaha AKDP namun pengusaha AKAP masih bisa bernafas karena telah memiliki pelanggan.”

Dia yang juga memiliki 16 bis layanan AKDP jurusan Solo-Purwantoro saat ini hanya mengoperasikan 10 bis hingga 12 bis setiap hari. Menurutnya, pengoperasian itu didasarkan pada rasa belas kasihan.

“Kami kasihan terhadap kru bis yang telah memiliki keluarga. Jika diliburkan mereka akan mendapatkan penghasilan dari mana? Solusinya, ya kami operasikan sebagian. Setoran hanya berkisar Rp 60.000 sampai Rp 90.000/hari. Tidak cucuk (impas) dengan beaya operasional.”

Pemilik bis Sari Giri jurusan Solo-Pracimantoro, Novri Roesmono mengatakan, hanya mengoperasikan kendaraan separuh dari jumlah 10 bus.

“Kru bus sudah bisa memperkirakan sendiri jika satu rute pulang-pergi (PP), dana yang diperoleh tidak cukup untuk membeli solar (BBM) lebih baik perpal (dikandangkan). Balik kanan dan kembali ke rumah masing-masing.”

Mereka bertiga mengatakan penurunan pengoperasian bus AKDP mencapai 30%.

(tus)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya