Soloraya
Kamis, 2 Juni 2011 - 19:31 WIB

Pengrajin batik tulis di Bayat dapat bantuan dari IOM-JRF

Redaksi Solopos.com  /  R. Bambang Aris Sasangka  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - KIOS BATIK--Seorang pengrajin batik memperagakan pembuatan batik tulis, Rabu (1/6/2011). (JIBI/SOLOPOS/Muhammad Khamdi)

Klaten (Solopos.com) – Para pengrajin batik tulis di Desa Kebon, Kecamatan Bayat, Klaten, mendapatkan bantuan dari lembaga International Organization for Migration (IOM) didukung lembaga donor Java Reconstruction Fund (JRF) dalam bentuk ruang pamer atau showroom batik tulis. Ruang pamer itu diresmikan Rabu (1/6/2011).

KIOS BATIK--Seorang pengrajin batik memperagakan pembuatan batik tulis, Rabu (1/6/2011). (JIBI/SOLOPOS/Muhammad Khamdi)

Advertisement
Dalam kesempatan itu, IOM-JRF juga memberikan bantuan sarana pertanian kepada Kelompok Tani Saras Mulyo berupa beras sehat. Showroom seluas 7 meter x 7 meter itu merupakan gabungan dari ruang promosi dan ruang produksi yang digunakan untuk menjual kerajinan batik tulis hasil kreasi pengrajin batik di desa setempat.

“Sampai sekarang para pengrajin batik di desa ini sudah sukses dan bisa kembali mandiri,” papar Proyek Manager IOM Jogja, Johan Grundberg, kepada wartawan, di lokasi, Rabu.
Dalam masa pendampingan, imbuh Johan, para pengrajin dilatih tentang proses pewarnaan menggunakan bahan alami, manajemen pemasaran, teknik produksi dan beberapa pelatihan lainnya. Di samping itu, batik hasil para pengrajin dilibatkan dalam sejumlah pameran agar dikenal masyarakat luas.
“Setelah lepas dari bimbingan IOM-JRF, kami mengharapkan masyarakat setempat dan pemerintah lokal dapat menindaklanjuti dan melengkapinya apabila masih ada kekurangan,” tutur Manajer JRF, Shamima Khan, seusai acara peresmian.
Sementara itu, Kepala Desa Kebon, Sukoco, menyatakan awal mula pengrajin batik di desanya hanya sebagai buruh di perusahaan batik di Klaten maupun di luar kota. Namun, setelah gempa bumi 2006, para pengrajin setempat kelimpungan karena banyak pengusaha batik bangkrut.
Dengan latar belakang tersebut, IOM-JRF mendorong agar mereka dapat mandiri, menjadi pengusaha, bukan sekadar menjadi buruh. “Pembangunan showroom ini sebagai bentuk kepedulian dalam memajukan usaha mandiri skala kecil yang dikelola oleh pengrajin batik. Dengan harapan dapat memajukan perekonomian dan kesejahteraan warga kami,” terangnya saat ditemui Espos, di lokasi.
Menurutnya, sampai saat ini secara keseluruhan jumlah pengrajin batik di Desa Kebon mencapai 169 orang yang terbagi dalam lima kelompok. Masing-masing kelompok, ujar Sukoco, rata-rata bisa memroduksi 50 lembar kain batik tulis dalam tenggat satu bulan. “Produksi bisa ditambah, tergantung pesanan dan corak motif yang dibuat,” terangnya.

m98

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif