SOLOPOS.COM - IJ, 16, melapor ke Sentra Pelayanan Kepolisian (SPK) Mapolres Sragen, Senin (9/5/2016). Pelajar SMA yang baru lulus UN itu tidak terima dengan anggota Front Pembela Islam (FPI) yang telah menghinanya dengan kata-kata kotor. (Moh. Khodiq Duhri/JIBI/Solopos)

Pengumuman hasil UN dirayakan di Alun-alun Sragen berujung pada pembubaran acara itu. 

Solopos.com, SRAGEN– IJ, 16, seorang siswi SMA di Sragen melaporkan Front Pembela Islam (FPI) ke Polres Sragen, Senin (9/5/2016). Warga Ngrampal, Sragen, itu merasa dihina oleh anggota FPI dengan sebutan l***e yang berarti wanita jalang atau pekerja seks komersial (PSK).

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Peristiwa itu terjadi saat sejumlah anggota FPI membubarkan kegiatan perayaan kelulusan Ujian Nasional (UN) yang berpusat di Alun-Alun Sasana Langen Putra Sragen, Sabtu (7/5/2016) sore. (Baca Ormas Islam Bubarkan Perayaan Kelulusan UN di Sragen).

Perayaan kelulusan itu diselenggarakan dalam rangka pembuatan video klip salah satu album kompilasi dari musisi lokal Sragen yang prakarsai Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga (Disbudparpora). Kegiatan itu akhirnya bubar meski proses pengambilan video menggunakan drone baru akan dimulai.

“Kami itu berkumpul dengan tertib. Kami tidak konvoi di jalan. Sebelum kegiatan dimulai, kami membagikan nasi bungkus kepada warga di sekitar alun-alun,” kata IJ saat ditemui wartawan di Sentra Pelayanan Kepolisian (SPK) Mapolres Sragen.

Hinaan itu disampaikan salah satu anggota FPI yang mengenakan sorban dan bertongkat. Hinaan itu didapat sesaat setelah IJ tengah berfoto selfie di tengah kerumunan siswa lain. ”Saat saya sedang selfie, dia datang menghampiri saya. Dia bilang, kamu ngapain di sini nak? Pulang saja! Kamu di sini mau jadi apa? Mau jadi l***e?” kata IJ menirukan perkataan salah satu anggota FPI bersorban di kepala dan bertongkat itu.

Merasa dihina, IJ lalu memberanikan diri bertanya maksud dari perkataan anggota FPI itu. Dia tidak terima dihina dengan kata l***e di hadapan ratusan siswa yang merayakan kelulusan UN. “Saya bilang, Bapak ini siapa? Bapak presiden? Apa maksud bapak mengatakan itu kepada saya? Bapak tidak pantas mengatakan itu pada saya. Saya tidak mendapat jawaban, tapi saya sempat didorong-dorong lalu dipisah oleh teman saya,” jelas IJ.

Sebelum menghina IJ, anggota ormas Islam itu juga menyebut penyelenggaraan kegiatan itu kurang ajar. Bahkan, anggota FPI itu juga menyalahkan pemerintah di balik perayaan kelulusan UN itu. “Biadab. Kamu itu dirusak oleh pemerintah,” kata anggota FPI itu sambil berlari mengusir kerumunan siswa sebagaimana yang terekam dalam video yang diunggah di media sosial.

IJ menyesalkan dengan penghinaan yang dilakukan FPI kepadanya. “Kalau tidak suka, mereka bisa menyampaikan saran dengan baik-baik. Ngomongnya tidak usah keras-keras. Semua mendengar saya dikata-katain mau jadi l***e. Siapa yang tidak marah? Coba kalau istrinya sendiri dikatakan seperti itu, apa dia sendiri tidak marah?” ujar IJ.

Orangtua IJ, Rohadi, mendukung upaya hukum yang tempuh anaknya. Dia merasa penghinaan yang dilakukan anggota FPI itu sudah keterlaluan. ”Terus terang saya tidak rela anak saya dimaki-maki dengan kata-kata yang tidak pantas diucapkan tokoh agama. Kalau mau mengingatkan kesalahan anak saya kan bisa disampaikan dengan cara baik-baik,” ujarnya.

Silakan…

Sementara itu, Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) FPI Soloraya Choirul mempersilakan IJ melapor ke polisi. Meski demikian, FPI juga berencana melaporkan balik panitia penyelenggaran perayaan kelulusan UN di Alun-Alun Sasana Langen Putra itu.

”Silakan lapor saja. Nanti kita juga akan melapor balik. Tidak masalah kok,” kata Choirul saat dihubungi via telepon.

Saat ditanya alasan di balik rencana melaporkan panitia ke polisi, Choirul belum bisa memastikan. ”Nanti saja. Saya tidak mau berandai-andai. Lihat perkembangan saja. Yang jelas, mereka itu menyelenggarakan kegiatan itu fungsinya itu apa?” jelas Choirul.

Sebelumnya, Ketua DPRD Sragen, Bambang Samekto, menyebut salah satu tujuan perayaan kelulusan UN itu untuk pembuatan video klip salah satu album kompilasi dari musisi lokal Sragen. ”Rencananya kami mengambil gambar dari udara menggunakan drone. Siswa akan membentuk formasi kata ”SRAGEN”. Namun, kemarin baru terbentuk SRAGE, kurang huruf N,” jelas Totok, sapaan akrabnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya