SOLOPOS.COM - Polisi di Wonogiri mengecek kondisi sapi di kandang ternak milik warga, Senin (30/5/2022). (Istimewa/Polres Wonogiri)

Solopos.com, WONOGIRI — Kebijakan penutupan pasar hewan di Kabupaten Wonogiri akhirnya diperpanjang hingga dua pekan mendatang. Langkah itu dilakukan mengingat kasus suspek penyakit mulut dan kuku (PMK) di Kabupaten Wonogiri semakin tinggi.

Sebelumnya, kebijakan menutup pasar hewan dimulai sejak Selasa (24/5/2022) dan berakhir Senin (6/6/2022). Tujuan penutupan itu sebagai antisipasi/mencegah masifnya penularan PMK. Pasar hewan merupakan objek strategis yang berpotensi tinggi menularkan penyakit tersebut.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

“Hari ini [Senin] angka suspeknya tinggi, mencapai 179 kasus. Yang tertinggi masih di Kecamatan Bulukerto. Untuk angka terkonfirmasi masih lima karena kami harus menunggu hasil lab [laboratorium] untuk menentukan statusnya. Sapi yang sembuh sebanyak 23 ekor,” kata Bupati Wonogiri, Joko Sutopo alias Jekek, saat dihubungi Solopos.com, Senin.

Bupati Jekek mengatakan kebijakan memperpanjang penutupan pasar hewan telah didiskusikan dengan Dinas Kelautan Perikanan dan Peternakan (Dislapernak) dan Dinas Koperasi Usaha Kecil Menengah dan Perindustrian dan Perdagangan (KUKM Perindag).

Selama dua pekan ke depan, Pemkab Wonogiri akan meningkatkan monitoring lalu lintas ternak dan memperketat pemberian surat keterangan kesehatan hewan (SKKH). Pedagang yang sapinya terdeteksi penyakit PMK diminta tak melakukan transaksi alias penjualan hewan ternak. Hingga kini, Bupati Jekek mengaku telah mengantongi data pedagang besar yang sapinya bergejala PMK.

Baca Juga: Temukan Kasus PMK, Masyarakat Wonogiri Bisa Melapor ke Polisi

Tindakan tegas yang diambil dalam dua pekan mendatang berbeda dengan tindakan yang diambil dua pekan sebelumnya. Di waktu sebelumnya, Pemkab Wonogiri gencar menyosialisasikan sekaligus mengedukasi pemahaman gejala PMK ke pelaku usaha peternakan.

“Di lapangan masih ada jual beli sapi antarkecamatan atau pun antarkabupaten. Misalnya, sapi di Bulukerto belinya di Puhpelem. Sedangkan sapi dari Puhpelem belinya dari Jawa Timur (Jatim). Kami berharap semuanya disiplin. Sapi yang terdeteksi suspek, dikarantina terlebih dahulu,” katanya.

Pedagang sapi asal Kecamatan Purwantoro, Teguh Topo, mengatakan penjualan sapi menjelang Iduladha 100-150 ekor per hari. Sejak meluasnya kasus PMK di Kabupaten Wonogiri dan ditutupnya pasar hewan selama dua pekan terakhir, ia sama sekali tak menjual satu pun sapi.

Baca Juga: Mentan Pastikan Penyakit Mulut dan Kuku Tak Pengaruhi Iduladha 2022

Meski seperti itu, dia tak menolak kebijakan perpanjangan penutupan pasar hewan di Wonogiri. Dia berharap, kebijakan tersebut harus dibarengi dengan ketegasan petugas di lapangan.

“Kalau sudah ada aturan yang tegas, petugas di lapangan juga harus tegas. Datangi sapi di kandang-kandang milik peternak satu per satu, cek kesehatannya. Jangan hanya peraturannya sudah ada tapi tidak ada ketegasan dalam penerapannya,” ucap Teguh saat dihubungi Solopos.com, Minggu (5/6/2022).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya