Solopos.com, BOYOLALI – Ramadan menjadi berkah tersendiri bagi Didik Husen Cahyono, seorang penjual kaligrafi di Siswodipuran Boyolali. Di tengah kasus Covid-19 yang semakin turun, ia mengaku penjualan kaligrafi di tempatnya mengalami peningkatan.
Pria 38 tahun tersebut mengatakan awal Bulan Puasa ini beberapa orang sudah mulai memesan kaligrafi kepadanya. “Paling banyak pesanan itu ya kaligrafi, lukisan, dan pigura. Yang pesan biasanya orang lokalan sini,” ungkap dia saat ditemui Solopos.com di Green Pigura Galeri, Siswodipuran, Boyolali, Sabtu (2/4/2022).
Didik mengaku penjualan kaligrafi saat sudah mengalami kenaikan dibanding masa Ramadan tahun lalu. Menurutnya, mulai ada pesanan sekitar tiga sampai empat kaligrafi. Dia menjelaskan kondisi Ramadan tahun ini sudah lebih baik walaupun tidak sebaik Ramadan sebelum pandemi.
Baca juga: Horeee! Lebaran 2022 Boleh Mudik, Ini Kata Pelaku UMKM Boyolali
Baca juga: Horeee! Lebaran 2022 Boleh Mudik, Ini Kata Pelaku UMKM Boyolali
Dia menerangkan harga pigura berkisar antara Rp500.000 hingga Rp1 juta bervariasi tergantung model dan ukuran. “Yang kecil-kecil begitu ukuran 37 centimeter x 100 centimeter harganya berkisar Rp500.000, kemudian yang sedikit besar ukuran 60 centimeter x 120 centimeter harganya berkisar Rp1 juta. Kalau dulu sebelum pandemi pernah menjual sampai Rp15 juta, tapi itu dulu,” jelas lelaki asal Sukoharjo tersebut.
Ia mengaku, pada saat pandemi lalu tidak memiliki pesanan kaligrafi, sehingga dirinya hanya bisa bertahan dengan usahanya yang lain seperti menjual lukisan dan membuat pigura.
“Kalau lukisan di tempat saya murah-murah, bukan yang mahal. Saya jual murah soalnya iklim seni di Boyolali beda dengan yang Solo. Jadi hanya sekitar Rp50.000 sampai Rp800.000,” ujar pria yang pernah bekerja di galeri yang berada di kawasan Sriwedari, Solo, sebelum membuka usahanya sendiri di Boyolali pada 2012.
Baca juga: Anda Ingin Datangkan Mobil Unit Donor Darah PMI Boyolali? Ini Caranya
Walau sudah ada peningkatan penjualan pigura, Didik menyadari pandemi masih belum benar-benar berakhir. Ia berharap pandemi cepat selesai sehingga perekonomian benar-benar pulih. “Kalau ekonomi pulih tentu harapannya usaha tambah maju, ekonomi tambah maju, usaha tambah lancar dan sukses,” harap dia.
Mengutip bisnis.com, Bank Indonesia menyebutkan sebanyak 87,5 persen usaha mikro kecil menengah (UMKM) terdampak pandemi Covid-19. Dari jumlah ini, sekitar 93,2 persen di antaranya terdampak negatif di sisi penjualan. Menurut survei yang dilakukan bank sentral, pandemi memberi tekanan pada pendapatan, laba, dan arus kas hingga para pemilik usaha memilih untuk wait and see.
Namun, rupanya tak semua responsen terdampak pandemi. Bank Indonesia (BI) mengungkapkan ada 12,5 persen responden yang tidak terkena dampak ekonomi dari pandemi Covid-19, dan bahkan 27,6 persen di antaranya menunjukkan peningkatan penjualan.
Baca juga: Awal Ramadan, Harga Sayuran di Pasar Boyolali Naik Tapi Tetap Laris
“Jadi walaupun ada kisah sedih, masih ada yang menunjukkan peningkatan penjualan. Strateginya berjualan [secara] online dan menambah variasi produk,” ujar Kepala Departemen Pengembangan UMKM dan Perlindungan Konsumen BI Yunita Resmi Sari seminar daring Memulihkan Ekonomi Dengan Menyelamatkan UMKM Dari Krisis, Efektif? yang digelar Jumat (19/3/2021).