SOLOPOS.COM - Polisi memasang police line di tumpukan ratusan karung beras raskin di Klego. Beras itu seharusnya dibagikan kepada warga Desa Bengle, Wonosegoro. (Hijriyah Al Wakhidah/JIBI/Solopos)

Penjualan Raskin Boyolali, warga menyerahkan kasus penjualan raskin ke Polres Boyolali.

Solopos.com, BOYOLALI–Polsek Klego akhirnya menyerahkan temuan penjualan beras untuk warga miskin (raskin) yang diduga melibatkan Kades Bengle, Wonosegoro, Budiyono, kepada Polres Boyolali.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Dugaan kasus itu akan ditangani Polres Boyolali karena harus memeriksa banyak pihak. Hal ini disampaikan Kapolres Boyolali, AKBP Budi Sartono, setelah Kades Bengle diklarifikasi di Polsek Klego, Rabu (2/12/2015) malam.  “Pengakuan Kades, penjualan raskin itu adalah kesepakatan warga untuk pembangunan jalan. Jadi, kami perlu klarifikasi warga, apakah penuturan kades ini betul atau tidak,” kata Kapolres, Kamis (3/12/2015).

Warga Dukuh Padas Malang, Tokol, menjelaskan selama ini raskin tidak rutin dibagikan kepada rumah tangga sasaran (RTS). Kalaupun dibagikan, warga tidak menerima sebanyak 15 kilogram sesuai ketentuan.

“Kalau keluar saja dibagikan. Itu juga paling rata-rata 4 kilogram per warga. Kalau ndak keluar, ya warga tidak menerima raskin,” kata Tokol.

Sebagai RTS, dia juga merasa tidak pernah membuat kesepakatan untuk menjual raskin. Dalam musyawarah baik tingkat RT/RW juga tidak pernah disampaikan.  Pascapenangkapan truk pengangkut beras untuk warga miskin (raskin) di Ngegot, Sumberagung, Klego, Tokol mendengar kabar warga diminta membuat surat pernyataan bahwa telah setuju menjual raskin.
“Ya, tapi warga tidak mau. Itu yang menyuruh sepertinya orang-orang dekatnya Pak Kades. Dari awal kan memang warga ndak semuanya setuju dijual,” kata Tokol.

Dia meminta kepolisian mengusut tuntas temuan tersebut. Pemilik penggilingan padi di Ngegot, RT 002/RW 004, Sumberagung, Yudi, 55, mengatakan baru sekali ini dia mendapat kiriman beras raskin dari Bengle. Istrinya yang bernama Muryami dihubungi seorang pria yang mengaku Kades Bengle.

“Ya, ditawari beras. Hla kok banyak sekali sampai 215 sak. Jawabnya itu berasnya rakyat mau buat membangun jalan,” kata Yudi. Muryami, 52, mengaku tidak kenal kades Bengle Budiyono. “Saya baru tahu orangnya waktu saya diperiksa di Polsek Klego,” kata dia.

Sebagai pedagang beras, Muryami tidak pernah memerdulikan asal-usul beras. Saat di pasar pada Rabu siang, tiba-tiba dia dihubungi seorang pria yang mengaku kades Bengle.

“Telepon langsung tanya, Bu njenengan sade beras mboten? Saya jawab, Nggih. Dia tanya lagi, regi pinten? Nggih kirangan wong beras niki nembe mandap,” kata dia.

Dia pun bertanya dengan pria itu, berapa banyak beras yang mau dikirim. “Ternyata 215 sak, banyak sekali. Dia bilang itu itu berasnya rakyat mau dijual buat pembangunan desa.”

Rabu siang beras dikirim ke penggilingan beras. Hingga truk pengangkut itu ditangkap Polsek Klego, dia mengaku belum sempat membuka beras raskin yang dikirim. Bahkan dia mengaku belum membuat perjanjian harga jual beli. “Ya saya belum bayar, harga kesepakatan berapa juga belum ada.”

Hingga Kamis, 215 sak masih tersimpan di gudang penggilingan beras milik Yudi. Beras itu ditutup terpal dan sudah diberi police line. “Statusnya kami titipkan di sana,” kata KBO Reskrim, Iptu Mulyanto.  Penyidik Polres Boyolali sesegera mungkin memanggil Kades Bengle dan sopir truk untuk dimintai keterangan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya