SOLOPOS.COM - Imunisasi pada anak (ilustrasi/JIBI/Burhan Aris Nugraha/dok)

Solopos.com, SUKOHARJO–Program nasional imunisasi anak di Kabupaten Sukoharjo terbentur penolakan sebagian masyarakat. Sikap warga didasari pertimbangan ketentuan hukum agama. Ironisnya, sikap penolakan tersebut terjadi hampir di seluruh wilayah kecamatan di Kota Makmur.

Informasi tersebut diperoleh solopos.com dari Kabid P2PL Dinas Kesehatan Sukoharjo, Bejo Raharjo, saat ditemui solopos.com, Jumat (1/11/2013), di kantornya. “Jumlah warga yang bersikap menolak ini memang tidak banyak. Tapi ada di hampir seluruh kecamatan,” katanya.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Bejo menjelaskan, penolakan terhadap program imunisasi anak tersebut merupakan sikap personal warga, bukan organisasi atau kelembagaan. Warga menolak anak mereka diimunisasi karena menganggap terdapat kandungan enzim babi di dalam vaksin.

Anggapan tersebut mereka peroleh dari sumber-sumber di internet atau website. Ada juga buku referensi yang menjadi pegangan mereka. Buku tersebut banyak beredar luas di Kabupaten Pemalang. Padahal akurasi informasi dalam website dan buku tersebut dipertanyakan.

“Jadi mereka membaca artikel-artikel di blog-blog personal di internet. Ada juga buku pegangan yang mereka gunakan sebagai rujukan referensi. Buku ini banyak beredar di Pemalang,” urainya. Dia menambahkan, jenis imunisasi yang banyak ditolak warga yaitu polio.
Kendati ada juga warga yang menolak semua jenis imunisasi.

Menghadapi situasi tersebut, Bejo mengaku terus melakukan pendekatan kepada warga. Salah satunya dengan mendekati tokoh-tokoh agama dan tokoh masyarakat.

“Kami sampaikan pentingnya imunisasi,” tandas dia.

Keberadaan warga yang menolak imunisasi yang tersebar dinilai Bejo cukup bagus. Pasalnya potensi persebaran bibit penyakit bisa dilokalisasi. Berbeda kasus bila warga yang menolak terpusat di satu tempat. Daerah tersebut bisa menjadi daerah kantong penyebaran penyakit.

“Bila anak tidak diimunisasi kan berisiko terjangkit penyakitnya. Bila terjadi demikian, yang bersangkutan berpotensi menularkan kepada anak-anak lainnya,” terang dia. Idealnya, cakupan imunisasi anak di tiap daerah mencapai 100 persen atau di atas 95 persen.

Pada tahun 2012 terdapat dua desa di Sukoharjo yang tidak memenuhi ketentuan cakupan imunisasi 95 persen. Sementara Camat Baki, Joko Indrianto, menyatakan tidak ada penolakan dari warganya terhadap program imunisasi untuk anak.”Seluruh warga nyengkuyung program ini karena demi kesehatan anak-anak,” terang dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya