SOLOPOS.COM - Siswa MI Al Hidayah Kalitlawah, Ngaren, Juwangi, Boyolali, mengisi waktu menunggu berbuka puasa atau ngabuburit dengan berlatih tari sufi di depan Masjid As-Sholihin pada Sabtu (25/3/2023). (Solopos/Ni’matul Faizah)

Solopos.com, BOYOLALI – Dua puluhan siswa Madrasah Ibtidaiyah (MI) Al Hidayah Kalitlawah punya cara asyik mengisi waktu sembari menunggu waktu berbuka puasa atau ngabuburit yakni dengan berlatih tari sufi di Masjid As-Sholihin, Kalitlawah, Ngaren, Juwangi, Boyolali.

Seperti pada Sabtu (25/3/2023) sore sekitar pukul 16.00 WIB, 20-an siswa tersebut berdoa sebelum memakai pakaian khusus untuk menari sufi bernama tenur dan peci panjang shike.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Setelah memakai pakaian khusus tari sufi, mereka menyebar di halaman masjid dan mulai menunduk sebagai pertanda memulai tari sufi. Lalu lagu diputar mengiringi tari sufi oleh siswa MI Al Hidayah Kalitlawah.

Para siswa MI Al Hidayah Kalitlawah, Boyolali, itu berlatih untuk mengisi masa ngabuburit itu disaksikan beberapa warga dan orang yang lewat di jalan utama Juwangi-Kemusu pada Sabtu sore.

Siswa MI Al Hidayat tersebut berputar dalam satu lagu dengan durasi sekitar tujuh menit. Ketika berputar, terlihat bagian bawah tenur ikut mengembang.

Salah seorang siswa kelas VI, Putri Caesarini Efendi, mengatakan sebelum berputar ia melafalkan doa, istighfar, salawat, dan surat Al-Fatihah.

“Waktu berputar kami berzikir dan terus menyebut Allah, Allah, Allah. Jadi terus mengingat Allah,” ujarnya kepada wartawan seusai tampil.

Siswa kelas VI MI Al Hidayat Klitlawah, Boyolali, tersebut mengaku baru tiga-empat bulan ini berlatih tari sufi sebagai bagian ekstrakurikuler yang kini dimanfaatkan untuk mengisi waktu ngabuburit itu.

Pada awal belajar, Putri mengaku kesulitan karena sering mual, muntah, pusing, bahkan terjatuh saat berputar. Namun, seiring waktu berjalan ia berhasil berputar dalam waktu tujuh menit.

ngabuburit boyolali
Siswa MI Al Hidayah Kalitlawah, Ngaren, Juwangi, Boyolali, mengisi waktu menunggu berbuka puasa atau ngabuburit dengan berlatih tari sufi di depan Masjid As-Sholihin pada Sabtu (25/3/2023). (Solopos/Ni’matul Faizah)

“Waktu awal-awal itu kami seminggu [sepekan] latihan tiga sampai empat kali. Setelah bisa, jadi sepekan sekali, tergantung waktu luang. Selama Ramadan ini rutin hampir tiap hari untuk mengisi waktu jelang berbuka,” kata dia.

Sarat Kandungan Makna dan Filosofi

Ia mengungkapkan siswa yang tampil dalam latihan tari sufi tersebut mulai dari kelas IV sampai VI MI Kalitlawah, Juwangi. Pengajar tari sufi sekaligus guru MI Al Hidayah, Boyolali, Joko Si We Ha, mengungkapkan latihan tari sufi setiap sore saat ngabuburit saat Ramadan itu untuk memberi kegiatan positif bagi siswa.

“Ini merupakan kegiatan baru, tapi peminatnya sudah 20-an. Kadang yang latihan 10-15 anak. Ini berkat alumni MI kami juga yang mengajarkan, mereka cepat bisa,” jelasnya.

Ia mengungkapkan tari sufi baru diajarkan pada tahun ini. Namun, beberapa alumni tercatat bisa menari sufi karena melanjutkan belajar di pondok pesantren yang sama dan diajari tari sufi.

Lelaki 34 tahun tersebut menilai siswa MI Al Hidayah Kalitlawah sangat antusias belajar sehingga mereka bisa cepat belajar. Joko juga mengungkapkan tak ada paksaan untuk anak ketika mengikuti latihan tari sufi.

“Alasannya tari sufi kami pilih untuk diajarkan karena ada kandungan makna dan filosofi dari gerakan tarinya. Semisal gerakan tangan kanan ke atas itu menandakan permohonan rahmat kepada Allah SWT,” jelasnya.

Kemudian, untuk tangan kiri ke bawah berarti menyebarkan rahmat dari Allah kepada sesama. Ia mengatakan latihan tari sufi untuk mengisi ngabuburit di MI Al Hidayat Kalitlawah, Boyolali, juga diaplikasikan maknanya.

Sementara itu, puluhan siswa MI Al Hidayah lainnya juga berbagi takjil di pinggir jalan. “Dengan inilah kami aplikasikan bahwa berlatih tari sufi sambil berbagi, konsepnya terima kasih. Terima dari Allah, kami kasih ke sesama,” jelasnya.

Kepala MI Al Hidayah Kalitlawah, Titik Badriyah, mengungkapkan ada sekitar 96 siswanya yang bergabung dalam pembagian takjil. Setiap siswa diminta untuk membawa tiga bungkusan untuk dibagikan ke orang yang lewat di jalan utama Juwangi-Kemusu.

“Kami berharap dengan pembagian takjil ini bisa melatih anak-anak bersedekah. Kemudian melatih peduli dengan warga masyarakat sini. Sehingga terciptalah hubungan baik antara warga masyarakat dengan MI Al Hidayah,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya