SOLOPOS.COM - Arca gajah penjaga emas di Situs Gajah Ndekem yang berada di Desa Cepokosawit, Kecamatan Sawit, Boyolali. (Dok Solopos)

Solopos.com, BOYOLALI — Di Dukuh Senden, Desa Cepokosawit, Kecamatan Sawit, Boyolali, terdapat situs peninggalan Mataram Kuno bernama Gajah Ndekem yang asal-usulnya banyak diliputi kisah mistis dan penuh misteri.

Cerita rakyat seputar Situs Gajah Ndekem ini pernah diteliti oleh mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Fadhilla Nila Sari, pada 2022 lalu.

Promosi Jaga Jaringan, Telkom Punya Squad Khusus dan Tools Jenius

Penelitian untuk skripsi berjudul Cerita Rakyat Mbah Gajah di Desa Cepokosawit Kecamatan Sawit Kabupaten Boyolali (Sebuah Tinjauan Resepsi Sastra) itu diunggah di laman https://digilib.uns.ac.id/.

Cerita rakyat Mbah Gajah di Cepokosawit, Boyolali, ini diyakini penduduk sekitar terkait dengan keberadaan Situs Gajah Ndekem. Dalam penelitiannya, Fadhilla Nila Sari, mengungkapkan Cerita Mbah Gajah bermula dari seorang pangeran dari Kerajaan Prambanan bernama Raden Bagus Pangeling-eling.

Pada suatu saat, sang pangeran melakukan perjalanan ke Kerajaan Demak untuk memenuhi undangan sabung gemak. Namun tidak disangka-sangka Raden Bagus Pangeling-eling mengalami kekalahan.

Karena itu ia kemudian pulang ke Prambanan dengan perasaan kecewa. Raden Bagus Pangeling-eling diharuskan sampai Prambanan sebelum fajar. Apabila ia sampai di Prambanan setelah fajar, ia tidak akan pernah bisa kembali ke kerajaannya.

Raden Bagus Pangeling-eling pulang melewati daerah Pengging. Tetapi di perjalanan, saat sampai di Kendat, tunggangan Raden Bagus Pangeling-eling menginjak sumpil yang menyebabkan sang pangeran dan rombongannya harus berhenti sejenak untuk mengecek keadaan tunggangannya tersebut.

Mitos Kutukan Perawan Tua

Karena peristiwa tersebut perjalanan Raden Bagus Pangeling-eling beserta rombongan jadi terhambat dan waktu yang seharusnya ia pakai untuk melanjutkan perjalanan pulangnya menjadi terbuang. Kejadian tidak terduga dan kekalahan yang menimpa Raden Bagus Pangeling-eling membuat emosinya tidak stabil.

Dalam kondisi emosi tersebut, ia menyabda semua sumpil di Kendat menjadi bujel atau bunting. Setelah peristiwa di Kendat, Raden Bagus Pangeling-eling dalam cerita asal-usul Situs Gajah Ndekem melanjutkan perjalanan sampai akhirnya tiba di daerah yang kini bernama Cepokosawit, Boyolali, pada pukul tiga pagi.

Di sana Raden Bagus Pangeling-eling melihat anak-anak perempuan sedang menyapu. Hal ini membuat Raden Bagus Pangeling-eling berpikir hari sudah pagi dan sebentar lagi fajar akan tiba.

Raden Bagus Pangeling-eling dan rombongan kemudian memutuskan berhenti dan membuat tempat singgah berupa bangunan candi kecil. Tetapi kemudian Raden Bagus Pangeling-eling mengetahui saat itu masih pukul tiga pagi.

Sang pangeran merasa dirugikan karena sudah berhenti dan membuat tempat singgah. Padahal seandainya ia dan rombongan melanjutkan perjalanan tentu sudah bisa sampai ke Prambanan.

Dalam kemarahannya, Raden Bagus Pangeling-eling murka dan menyabda anak-anak perempuan di Desa Cepokosawit yang berada di sekitar tempat singgah Raden Bagus Pangeling-eling akan menjadi perawan tua.

Kutukan Raden Bagus Pangeling-eling dalam cerita asal-usul situs Gajah Ndekem itu dianggap nyata oleh masyarakat, karena memang sampai sekarang mayoritas perempuan di Desa Cepokosawit, Boyolali, tepatnya di sekitar Arca Mbah Gajah menikah saat rambut mereka sudah beruban.

Cerita terkait asal-usul Situs Gajah Ndekem diteruskan dari mulut ke mulut sehingga terdapat banyak variasi cerita yang beredar. Salah satu versi dari naskah yang tersimpan di Kantor Desa Cepokosawit menyebutkan cerita Situs Gajah Ndekem berawal dari Kerajaan Mataram Kuno.

Arca Penjaga Emas

Di tengah huru-hara perebutan takhta kerajaan, salah satu anggota kerajaan, Pangeran Eling-Eling, kalah perang. Dalam pelariannya, gajah putih yang mengangkut perhiasan dan harta bendanya diubah menjadi arca untuk mencegah perampasan harta oleh kawanan musuh.

Salah seorang warga sesepuh dari RT 008/RW 002 Dukuh Senden, Desa Cepokosawit, Sukimin, yang diwawancarai Solopos.com pada 2015 lalu juga mengatakan gajah dalam cerita Situs Gajah Ndekem tersebut dulunya datang dari Prambanan.

Gajah itu berubah menjadi arca penjaga emas yang dipercaya berada di bawah permukaan tanah, tepat di bawah kaki sang gajah. Sukimin bahkan mengatakan di tempat itu dulu tidak hanya ada arca gajah.

Ada banyak pusaka, arca perempuan bersimpuh, arca kepala kambing, dan masih banyak lagi. Tetapi benda-benda itu sudah dipindahkan ke Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala di Prambanan. “Hanya arca gajah ini yang tidak bisa dipindahkan,” kata dia saat itu.

Ada juga kisah mistis yang melingkupi cerita asal-usul Situs Gajah Ndekem di Cepokosawit, Boyolali. Menurut cerita yang berkembang, siapa pun yang berani menunggangi punggung arca yang menyerupai gajah duduk seperti bersembunyi atau dalam bahasa Jawa ndekem itu, kemaluannya akan membengkak dan mengalami sakit luar biasa di bagian tersebut.

Karenanya sampai sekarang tak satu pun orang yang berani bertingkah aneh apalagi sampai menunggangi sang gajah bahkan untuk sekadar berfoto selfie dengan posisi seolah-olah menunggangi sekali pun tak ada yang berani.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya