Soloraya
Kamis, 10 Oktober 2013 - 22:50 WIB

PENUTUPAN JALAN : Kesal Proyek Pembangunan Hotel, Warga Colomadu Tutup Akses Jalan Kampung

Redaksi Solopos.com  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, KARANGANYAR — Puluhan warga Puspan, Kelurahan Blulukan, Colomadu, Karanganyar melakukan aksi protes dengan menutup jalan kampung Puspan RW 007.

Aksi penutupan jalan lantaran warga kecewa dengan proyek pembangunan hotel di Jl. Danrilis, Colomadu, yang mengganggu akses jalan kampung.

Advertisement

Berdasarkan pantauan Solopos.com, puluhan warga berjaga-jaga di mulut gang kampung. Terlihat pula, beberapa bambu yang menyilang antara dua gapura masuk gang. Aksi penutupan warga dimulai Kamis (10/10/2013) pukul 17.00 WIB.

Mereka kesal dengan proyek pembangunan hotel yang mengabaikan infrastruktur kampung setempat.
Kekesalan warga berawal ketika pengelola proyek pembangunan hotel memanfaatkan jalan kampung sebagai akses jalur alternatif.

“Kalau pas lagi ngecor, pengguna jalan dari arah utara dialihkan ke jalan kampung. Sedangkan dari sisi selatan ditutup mulai dari mulut jalan Danrilis,” papar Ketua RT 002 Puspan, Muhtadi, saat ditemui Solopos.com, Kamis malam.

Advertisement

Muhtadi melanjutkan, penutupan Jl. Danrilis dilakukan oleh pengelola proyek untuk kali keempat. Akibatnya, infrastruktur jalan kampung rusak.

“Warga sebenarnya cukup bersabar kepada pengelola proyek. Namun lama kelamaan kok enggak ada pengertiannya,” paparnya.

Di satu sisi, kata dia, pembangunan hotel dari awal tidak ada keterbukaan dengan warga setempat. Mulai proses perizinan hingga analisa dampak lingkungan (amdal) dan amdal lalu lintas (lalin), tidak ada warga yang mengetahui.

Advertisement

“Proyek pembangunan hotel seperti ini dampaknya sangat besar. Masak papan perizinan saja sampai saat ini tidak dipasang,” terangnya.

Warga Puspan RT 003, Benu, mengatakan pengalihan jalan kampung dilakukan pada malam hingga pagi hari.
“Pada malam hari juga terdengar suara-suara dentuman yang cukup keras. Ini jelas mengganggu ketenangan dan kenyamanan warga sekitar. Kami minta pengelola mau bertanggungjawab,” jelas dia.

Berdasarkan informasi warga, pembangunan hotel dengan 17 lantai sebagian memanfaatkan tenaga kerja dari warga setempat. Selain itu, pengelola proyek membuat sumur bor bagi warga sekitar.

Sementara, pengelola proyek hotel tidak berada di tempat. Informasi yang didapat, jajaran pimpinan pengelola hotel masih berada di Jogja. Sejumlah pekerja memilih bungkam saat ditanya Solopos.com.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif