Soloraya
Selasa, 28 Januari 2014 - 15:30 WIB

PENYAKIT DEMAM BERDARAH : Dua Pasien Meninggal, Jumlah Kasus Capai 27 Kasus

Redaksi Solopos.com  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi fogging atau pengasapan untuk memutus daur hidup nyamuk (JIBI/Harian Jogja/Desi Suryanto)

Solopos.com, BOYOLALI--Penyakit demam berdarah (DB) di Kabupaten Boyolali hingga menjelang akhir Januari 2014 ini, telah menelan korban sebanyak dua penderita. Sementara kasus penyakit yang ditularkan nyamuk aedes aegepty tersebut saat ini sudah mencapai 27 kasus. Padahal menurut catatan solopos.com, memasuki pekan kedua Januari lalu, jumlah penderita DB yang tercatat di Dinas Kesehatan (Dinkes) Boyolali baru sembilan orang.

“Pasien DB yang meninggal dua orang tersebut, satu dari Kecamatan Juwangi dan satu lagi dari Kecamatan Karanggede,” ujar Kepala Bidang (Kabid) Pencegahan, Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P3PL) Dinkes Boyolali, Ahmad Muzzayin, kepada wartawan, Selasa (28/1).

Advertisement

Muzzayin menegaskan penanggulangan efektif terhadap penyebaran penyakit DB adalah dengan terus menggalakkan gerakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) untuk menjaga kebersihan lingkungan, PSN dengan 3 M yakni menguras bak mandi, mengubur tempat yang bisa menjadikan jentik bisa tumbuh kembang serta menutup tempat penampungan air.

“PSN paling tepat karena bisa membunuh seluruh jentik nyamuk,” ungkapnya.
Sementara penyemprotan nyamuk atau fogging diakuinya hanya bisa melumpuhkan nyamuk dewasa. “Itu pun paling hanya efektif sekitar sepekan,” imbuh dia.

Akhir pekan lalu, lanjut dia, Dinkes melalui Puskesmas Banyudono melakukan fogging di Dukuh Tegalsari, Desa Ngaru-aru, Kecamatan Banyudono, menyusul beberapa warga setempat yang terserang penyakit DB. Fogging dilakukan secara tapis dengan penyemprotan di seluruh rumah serta pekarangan.

Advertisement

“Fogging dilakukan karena di dukuh Tegalsari terdapat lebih dari dua orang terserang penyakit DB dan sempat dirawat di rumah sakit,” katanya.
Selain itu, langkah fogging dilaksanakan berdasarkan  penyelidikan etidimiologi (PE) oleh petugas Dinkes setempat yang menyatakan di Dukuh Tegalsari, Desa Ngaru-aru, terlihat tingkat jentik lebih dari 50 persen dari rumah warga.

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif