Soloraya
Kamis, 10 Maret 2022 - 09:11 WIB

Perajin Batu Bata di Menuran Sukoharjo Sulit Dapatkan Tanah Liat

Magdalena Naviriana Putri  /  Rohmah Ermawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Perajin batu bata di Menuran, Baki, Sukoharjo, Sarmini, 50, menyisir batu bata sebelum dikeringkan dan dibakar, Rabu (9/3/2022). (Solopos-Magdalena Naviriana Putri)

Solopos.com, SUKOHARJO — Para perajin batu bata di Desa Menuran, Kecamatan Baki, Sukoharjo, Jawa Tengah, mengalami sejumlah kendala dalam menjalankan usahanya di musim penghujan ini.

Seperti diketahui, produksi batu bata sebagian besar menggunakan bahan-bahan alam, seperti tanah liat sebagai bahan dasar pembuatan bata, sinar matahari untuk proses pengeringan dan juga kayu yang digunakan dalam proses pembakaran untuk mendapatkan warna merah si batu bata.

Advertisement

Perajin batu bata di Tinggen RT 4/RW 4 Menuran, Baki, Sukoharjo, Sumiati, 52 mengeluhkan saat ini kesulitan mencari tanah liat dengan kualitas bagus. Selain itu tidak ada lagi tanah liat yang dapat dimanfaatkan secara gratis untuk dijadikan batu bata.

“Sekarang tanahnya susah, sebab tanah disekitar sini sudah dijual, jadi tanahnya beli dari jauh, kadang tidak bagus tanahnya, jadi kalau untuk membuat batu bata juga jadi tidak bagus,” kata wanita yang telah memproduksi batu bata sejak tahun 2000 ketika disambangi Solopos.com di rumahnya, Rabu (9/3/2022).

Advertisement

“Sekarang tanahnya susah, sebab tanah disekitar sini sudah dijual, jadi tanahnya beli dari jauh, kadang tidak bagus tanahnya, jadi kalau untuk membuat batu bata juga jadi tidak bagus,” kata wanita yang telah memproduksi batu bata sejak tahun 2000 ketika disambangi Solopos.com di rumahnya, Rabu (9/3/2022).

Baca juga: Kreatif! Pria Ini Buat Ranjang dari Batu Bata, Disebut Anti Gempa

Dia menjelaskan kualitas tanah juga memengaruhi harga jual yang dipatok kepada pemborong maupun konsumen langsung. Menurutnya, terkadang karena tanah harus membeli maka perajin berutang dulu kepada si pemborong untuk membeli tanah. Ketika batu bata telah jadi, pembayaran utang tersebut dipotongkan dari harga jual.

Advertisement

Membeli Tanah kepada Pemborong

Lebih lanjut, dia juga mengeluhkan cuaca sering mendung dan hujan membuat batu batanya menjadi lebih lama kering. Sumiati menjelaskan proses cetak batu bata yang dilakukannya membutuhkan waktu dua hingga tiga hari karena dikerjakan secara manual.

Ditemui terpisah, warga Klodangan, Menuran, Baki, yang juga pembuat batu bata, Hardoyo, 51, mengaku biasa membeli tanah ke pemborong. “Biasanya satu colt tanahnya itu harganya Rp190.000 nanti jadi 1.000 sampai 1.500 buah batu bata, tapi kalau pas dapat tanah yang jelek itu ya tidak laku,” kata pria asal Karangpandan itu.

Baca juga: Patung Garuda dari Knalpot Brong Ternyata Pesanan Polres Sukoharjo

Advertisement

Ndoyo sapaan Hardoyo juga mengeluhkan cuaca yang terkadang menghambat dirinya menyelesaikan pengeringan batu bata. “Biasanya kalau musim hujan keringnya bisa sampai setengah bulan, soalnya kalau itu tidak benar-benar kering nanti akan gampang pecah ketika dibakar, walaupun warna merahnya tetap mau keluar,” jelas dia.

Handoyo menguraikan cukup terbantu dengan mesin pencetak batu bata yang digunakannya. Jika biasanya pencetakan batu bata membutuhkan waktu dua hingga tiga hari sekarang dapat dirampungkan dalam waktu dua jam.

Ditemui terpisah, warga Menuran lainnya, Suparno, 65, mengaku pembuatan batu bata hingga siap jual membutuhkan waktu paling cepat satu pekan. “Jualannya sekarang kepada juragan, kalau sudah jadi tinggal bilang nanti kita membuatkan kemudian juragan yang menjualkan. Disini ada sekitar 8 orang juragan, itu juga yang mengirimkan tanah [kepada perajin], harganya juga berbeda-beda tergantung jauh dekatnya si pemesan,” jelas Suparno.

Advertisement

Sementara itu, Sarmini, 50, warga Klodangan RT 2/RW 3 Menuran, Baki, Sukoharjo, Sarmini, 50, mengaku telah memulai membuat batu bata sejak 2010. Kala itu dirinya sudah tidak mampu lagi bekerja di pabrik sebagai penjahit hingga memutuskan membuat batu bata dengan suaminya. Menurut Sarmini, banyak warga di desanya menjadi pembuat batu-bata.

Baca juga: Warga Bulu Sukoharjo Digelontor 1.500 Liter Minyak Goreng Murah

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif