Soloraya
Minggu, 1 September 2013 - 11:53 WIB

Perajin Cempurit di Jagalan Klaten Kesulitan Bahan Baku

Redaksi Solopos.com  /  Tutut Indrawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi Pertunjukan Wayang Kulit (Dok/JIBI/Solopos)

Ilustrasi Pertunjukan Wayang Kulit (Dok/JIBI/Solopos)

Solopos.com, KLATEN — Para perajin cempurit atau pegangan tangan pada wayang kulit di Dukuh Jagalan, Desa Keprabon, Kecamatan Polanharjo, Klaten mengaku kesulitan mendapatkan bahan baku berupa  tanduk kerbau.

Advertisement

Salah satu perajin, Kiryono ,42, mengatakan selain cempurit, tanduk kerbau juga diolah oleh para perajin menjadi aneka jenis kerajinan seperti sisir rambut dan hiasan dinding. Namun saat ini, karena pasar kerajinan tersebut lesu, mereka hanya mengolahnya menjadi cempurit.

“Sekarang tinggal cempurit saja. Untuk kerajinan lainnya saat ini kurang begitu banyak peminatnya. Kalau cempurit, sudah pasti pasarnya, para dalang wayang kulit yang banyak memesan dari tempat kami,” ungkapnya akhir pekan kemarin.

Kiryono menjelaskan, satu buah tanduk kerbau bisa dijadikan lima buah cempurit. Sementara harga per kilogram tanduk kerbau Rp100.000. Sementara, para perajin menjual cempurit seharga Rp200.000 per buah.

Advertisement

Kiryono dan para perajin lain mendapatkan tanduk kerbau dari pemasok asal Kalimantan. Tanduk kerbau asal Kalimantan dinilai memiliki kualitas bagus. Sekali pengiriman, saat ini para perajin hanya bisa mendapatkan 20 kilogram tanduk kerbau padahal beberapa tahun lalu para perajin bisa mendapatkan hampir satu kuintal tanduk kerbau sekali pengiriman.

“Sekarang ini banyak yang memilih gulung tikar. Hal ini disebabkan karena minimnya pasokan tanduk kerbau saat ini. Ini sudah berlangsung sejak beberapa tahun lalu,” papar Kiryono.

Sementara itu, Kepala Desa Keprabon, Sugiyono, saat ditemui Solopos.com di ruang kerjanya, membenarkan hal ini. Sugiyono mengaku, saat ini para perajin bisa dihitung dengan jari. “Padahal dulu hampir satu dusun di sini merupakan perajin yang mengandalkan kulit kerbau sebagai bahan baku. Sekarang hanya segelintir saja, kurang lebih 10 perajin yang masih bertahan,” pungkasnya.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif