SOLOPOS.COM - Sekjen Kemenperin, Dody Widodo (kedua dari kiri), didampingi pengusaha kerajinan tembaga Tumang, Sriyanto, di sentra kerajinan Tumang, Desa/Kecamatan Cepogo, Boyolali, Jumat (5/5/2023). (Solopos/Ni’matul Faizah)

Solopos.com, BOYOLALI — Para perajin di sentra kerajinan tembaga Dukuh Tumang Krajan, Desa/Kecamatan Cepogo, Boyolali, mendapat kunjungan dari Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Dody Widodo, Jumat (5/5/2023).

Kunjungan itu pun dimanfaatkan para perajin untuk menyampaikan keluhan dan unek-unek terkait permasalahan dalam usaha mereka. Di antaranya harga bahan baku yang mahal dan terus naik.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Dody tiba bersama rombongan di salah satu rumah produksi kerajinan tembaga Intermedia Logam sekitar pukul 10.30 WIB. Sesampainya di lokasi, ia disambut pemilik Intermedia Logam, Sriyanto.

Ia langsung melihat-melihat produk kerajinan di galeri rumah produksi itu. Dody dan Sriyanto juga terlihat berbincang. Selanjutnya, Dody didampingi Sriyanto menuju tempat produksi kerajinan tembaga dan kuningan Intermedia Logam.

Di sana, Sekjen Kemenperin itu mencoba melihat proses pembuatan kerajinan sambil berbincang dengan para perajin tembaga di Dukuh Tumang Krajan, Cepogo, Boyolali, itu.

Ditemui seusai melihat produksi kerajinan logam, Doddy mengungkapkan Sriyanto sempat curhat tentang kelanjutan dan keberadaan bahan baku, khususnya tembaga.

“Tadi Pak Sri bilang ada kesulitan untuk sustain. Padahal, Indonesia juga memiliki raw material bahan baku tembaga yang diekspor keluar lagi. Lalu kami impor lagi, nah bagaimana ini jalan keluarnya? Ini kan salah satu proses hilirisasi tembaga yang tentunya kami pikirkan,” kata dia.

Ia mengatakan Kemenperin memiliki pengalaman di bidang hilirisasi nikel. Hal tersebut nantinya juga akan dilaksanakan pada tembaga. Dody mengungkapkan tembaga tak hanya untuk kerajinan. Namun, juga untuk membuat mesin, sehingga tembaga banyak manfaatnya.

“Bagaimana kita bisa menjaga kelangsungan bahan bakunya. Apakah nanti perlu dibuat material center untuk tembaga agar menjamin supply bahan bakunya. Itu bisa dipikirkan,” kata dia.

Ia memuji Sriyanto yang mampu tetap bertahan di tengah pandemi Covid-19. Bahkan, selama pandemi, lanjut Dody, pengusaha kerajinan tembaga tersebut dapat mengekspor produknya.

Bertahan Melewati Pandemi

Dody meyakini pengusaha-pengusaha industri kecil justru sangat tangguh dan dapat mencari celah pada saat pandemi. “Alhamdulillah, Pak Sriyanto adalah salah satu pengusaha industri kecil yang sudah dibuktikan kemampuannya, beliau pernah mendapatkan Penghargaan Upakarti,” jelasnya.

Terpisah, Sriyanto membenarkan sempat menceritakan tentang mahalnya harga bahan baku tembaga di sentra kerajinan Tumang, Boyolali. Walaupun begitu, ia menilai hal tersebut menjadi hal umum karena harga tembaga naik mengikuti logam mulia.

“Tadi sempat dibicarakan, dan mungkin itu memang masalah nasional. Jadi memang Indonesia belum ada smelter yang bikin ini, kami memang harus impor. Sebenarnya bahan bakunya enggak sulit, tapi harganya itu memang naik terus mengikuti emas,” kata dia.

Ia menceritakan harga lempengan tembaga setebal 0,5 milimeter (mm) mencapai Rp1,8 juta. Lalu tebal 0,6 mm harga Rp2,3 juta, tebal 0,7 mm sekitar Rp3 juta, dan tebal 0,8 mm Rp3,5 juta.

Selanjutnya, Sriyanto menceritakan caranya bertahan di saat pandemi. Pada saat itu, ia mencari ide agar usahanya tetap bertahan karena menjual kerajinan tembaga adalah satu-satunya mata pencahariannya.

“Waktu pandemi kami mencoba ekspansi ke pasar luar negeri lewat market place. Alhamdulillah jalannya dari situ,” ujar dia. Sriyanto menceritakan pembeli biasanya hanya memesan satu biji. Para pemesan dari beberapa negara bagian Amerika dan Eropa.

Ia menjelaskan saat momen lockdown, pembeli merasa ingin lebih menikmati hidup di rumah. Sehingga ia memanfaatkan itu untuk membuat kerajinan yang bisa dipasang di rumah seperti penutup lampu, hiasan dinding, dan lain-lain.

“Pendapatan bersihnya sekitar Rp25 juta sebulan. Untuk omzetnya itu bisa mencapai USD20.000 sebulan,” ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya