SOLOPOS.COM - Ilustrasi (JIBI/SOLOPOS/Antara)

Perdagangan manusia, belasan gadis asal Soloraya disimpan di sebuah gudang di Mojolaban, Sukoharjo.

Solopos.com, SOLO–Perdagangan manusia yang terjadi di wilayah Solo dengan korban Mr, 16, terungkap bahwa pelaku perdagangan Wisnu Subroto dan istrinya Indah Winarno, ternyata memiliki sebuah gudang di Mojolaban, Sukoharjo, untuk menyimpan gadis sebelum dipekerjakan di kafe di Kalimantan Timur.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Aktivis Muslimat Nahdlatul Ulama (NU) Solo, Nur Hidayah Idris, menjelaskan lokasi gudang milik tersangka yang ditangkap awal Mei lalu tak jauh dari rumah tersangka.

“Jadi sebelum anak-anak dibawa ke Kutai, mereka dikumpulkan dulu di gudang. Mereka diiming-imingi pekerjaan dengan gaji tinggi,” ujar dia kepada wartawan di sela-sela sela-sela pemeriksaan di Unit Pelayanan Perempuan dan Anak (PPA) Mapolresta Solo, Selasa (17/5/2016).

Selain bekerja memandu tamu laki-laki yang karaoke atau menemani berbincang di kawasan Barong Tongkol, Kutai Barat, Kalimantan Timur, jelas Nur, mereka juga diminta melayani hasrat seksual para tamu dengan terlebih dahulu menenggak minuman keras. “Gajinya sebagai pemandu karaoke Rp70.000/ jam. Tapi kalau mau minum ditambah Rp50.000/ jam,” terang Nur.

Anak-anak tersebut, jelas Nur, mengaku tak berani pulang. Selain diawasi ketat oleh petugas, mereka juga takut keluar karena lokasi kafe berada di tengah-tengah hutan. “Mereka ditakut-takuti kalau berani keluar akan dibunuh orang suku pedalaman,” jelasnya.

Aktivis Spekham Solo, Achmad Bachrudin Bakri, menambahkan kasus tersebut kini ditangani Polda Jateng. Bachrudin memastikan kasus trafficking ini melibatkan sindikat lintas provinsi bahkan negara tetangga. “Para tamu [hiburan malam] tak hanya dari Indonesia, tapi orang-orang luar Indonesia. Pasangan suami istri yang ditangkap sejauh ini sebagai pengepul anak-anak perempuan dengan iming-iming pekerjaan dan gaji besar,” jelasnya.

Bachrudin berharap Polda Jateng segera menyelamatkan belasan anak-anak asal Soloraya yang kini masih tertahan di Kaltim. Selain Spekham dan Muslimat, kata Bachrudin, kasus ini juga dikawal sejumlah aktivis perempuan lainnya, seperti Yayasan ATMA, Yayasan Kakak, dan Lembaga Kesejahteraan Keluarga (LK3).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya