SOLOPOS.COM - ikan yang dibudidaya di keramba apung di Waduk Gajah Mungkur (WGM) mati, Rabu (26/11/2014). Kematian ribuan ekor ikan dipengaruhi pergantian musim atau pancaroba yang mengakibatkan kandungan oksigen menipis. (Bony Eko Wicaksono/JIBI/Solopos)

Solopos.com, WONOGIRI – Kondisi cuaca yang tak menentu saat pergantian musim memicu kematian 35 ton ikan yang dibudidaya di keramba apung milik PT Aquafarm Nusantara di Waduk Gajah Mungkur (WGM)

Sebelumnya, ribuan ekor ikan mati pada pertengahan November lalu. Mayoritas ikan yang dibudidaya jenis nila dan patin. Kematian ikan di keramba apung WGM merupakan siklus tahunan saat pancaroba.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Seorang pengelola tepung ikan keramba apung WGM, Slamet, mengatakan ikan yang mati terdapat di 16 keramba apung milik PT Aquafarm Nusantara hanya dalam sehari.

“Air waduk menyusut kendati terjadi hujan sejak beberapa hari lalu. Imbasnya, kandungan oksigen di dalam air menipis,” katanya saat ditemui , Rabu (26/11/2014).

Menurut dia, ikan yang mati langsung dikubur di sekitar area WGM dan jauh dari kawasan keramba apung.

Seorang petani ikan karamba apung WGM, Wardiman, jumlah ikan yang mati milik petani berkurang dibanding beberapa waktu lalu. Saat itu, jumlah ikan yang mati 1-2 ton/hari.

Biasanya, kondisi ini bakal berakhir setelah ketinggian permukaan air waduk kembali normal.

Menurut dia, kematian ikan tahun ini sebanding dengan kondisi serupa pada beberapa tahun sebelumnya. Kala itu, jumlah ikan yang mati mencapai lebih dari 30 ton.

“Kalau jumlah ikan yang mati hanya sekitar 10-20 ton masih tergolong ringan. Biasanya lebih dari 30 ton saat memasuki pancaroba,” terang dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya