Soloraya
Sabtu, 22 Oktober 2022 - 17:33 WIB

Peringatan HSN di Boyolali: Tolak Kekerasan di Pesantren, Utamakan Kemanusiaan

Nimatul Faizah  /  Ika Yuniati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Salah satu peserta kirab menarik ujung bendera seribu meter saat perayaan Hari Santri Nasional di Ponpes Salafiyah Darussalam Kacangan, Andong, Boyolali pada Sabtu (22/10/2022). (Solopos.com/Ni’matul Faizah)

Solopos.com, BOYOLALI – Peringatan Hari Santri Nasional 2022 di Indonesia menjadi momentum bagi para santri dan pengurus pondok pesantren untuk memaknai kembali arti kemanusiaan dan menghargai perbedaan. Salah satunya lewat penolakan segala tindak kekerasan di lingkungan Ponpes.

Hal itu pula yang dilakukan Pondok Pesantren (Ponpes) Salafiyah Darussalam Kacangan, di Andong, Boyolali.  Pengasuh Ponpes, Kiai M. Zaidun Al Qusyairi, menegaskan pentingnya menjaga martabat kemanusiaan.

Advertisement

Selaras juga dengan tema Hari Santri Nasional 2022 yakni Berdaya Menjaga Martabat Kemanusiaan.

“Untuk menjaga martabat kemanusiaan, kami sering bersama dengan masyarakat sekitar untuk lebih membaur dan lebih menghargai perbedaan,” ujarnya saat berbincang dengan Solopos.com di pondoknya, Sabtu (22/10/2022).

Zaidun menyadari dengan menjaga martabat kemanusiaan maka kerukunan dapat terjaga. Terlebih, lanjut dia, di lingkungan sekitar pondok juga terdapat beberapa kalangan yang berbeda paham dan beda agama.

Advertisement

Baca juga: Ribuan Santri Karanganyar Meriahkan Apel Akbar Hari Santri Nasional

Tolak Kekerasan

Saat disinggung mengenai kasus kekerasan dan pemerkosaan di lingkungan pondok pesantren yang sempat ramai diberitakan, Zaidun meresponsnya dengan tegas bahwa hal tersebut tak seharusnya terjadi di mana pun, termasuk di lingkungan pesantren.

“Kami harus bawel dan memberikan masukan serta arahan dalam rangka pencegahan hal tersebut. Makanya, untuk pondok putra dan putri kami beri jarak sekitar 300 meter,” jelasnya.

Advertisement

Ia juga mengatakan di pondoknya tidak ada hukuman berbasis kekerasan di pondoknya. Zaidun mengatakan biasanya bagi santri pelanggar kategori ringan maka akan diminta membaca satu juz Al – Qur’an sambil berdiri di halaman pondok.

Semisal terjadi pelanggaran agak berat, lanjut dia, maka akan ditambah menjadi dua juz. Sedangkan, jika sudah berat, maka dirinya akan memanggil kedua orang tua untuk penyelesaian.

Baca juga: 75 Pendeta dari Maluku Menjadi Santri 3 Hari di Ponpes Edi Mancoro Semarang

“Contoh hukumannya kalau yang baca Al – Qur’an itu semisal santri laki-laki yang melanggar, nanti dia baca di halaman pondok santri perempuan. Kan dia jadi malu sendiri dan biar tidak mengulangi kesalahan,” ujarnya.

Selain itu, untuk memberdayakan santri di pondoknya, Zainudin melatih para siswanya berwirausaha seperti budidaya lele dan pembuatan rempeyek. Zainudin mengatakan rempeyek produksi Ponpes Salafiyah Darussalam Kacangan juga dijual ulang oleh warga.

Zainudin juga menjalin kerja sama dengan beberapa pemilik toko dan bengkel di sekitar pondok agar santrinya yang telah lulus sekolah untuk bekerja di sana.

“Dalam perjanjian tersebut, kami juga mencantumkan bahwa maksimal bekerja pukul 16.00 WIB agar tidak mengganggu aktivitas di pondok,” katanya.

Saat disinggung mengenai kurikulum pembelajaran di pondoknya berfokus pada pembelajaran agama. Namun, ia mengatakan pondoknya juga bekerja sama dengan sekolah sekitarnya agar santrinya dapat juga mendapat pendidikan formal.

Baca juga: HARI SANTRI : Beginilah Foto Kemeriahan Malam Perayaan HSN di MAJT

Bahkan, Zaidun mengatakan beberapa santri yang berniat hanya menuntut ilmu agama ia dorong untuk mengikuti pendidikan formal lewat program kejar paket.

Terpisah, salah satu santri, M. Habib Mustofa, 21, membenarkan memang tidak ada hukuman fisik di Ponpes Salafiyah Darussalam Kacangan selama belasan tahun dia menimba ilmu di sana.

Habib mengatakan di pondoknya juga selalu menekankan untuk berbuat baik kepada sesama manusia.

“Jadi kami tak hanya mengaji tapi kami harus mempraktikkan isi dari apa yang kami pelajari dengan baik dan benar. Jadi untuk kekerasan di pondok tidak ada, paling sebatas teguran dan misal ada hukuman ya selain dengan kekerasan,” kata Habi.

Baca juga: Penganiayaan Santri Gontor: Sisi Gelap di Lorong Pesantren

Habib mengaku ada tiga slogan Ponpes Salafiyah Darussalam Kacangan yang harus terus dilaksanakan santrinya yaitu Ngaji, Ngabdi, Adab Ojo Lali (Mengaji, Mengabdi, dan Jangan Lupakan Adab).

“Tentunya dari slogan tersebut bisa mengajarkan akhlakul karimah kepada kami,” tambah Habib saat diwawancara di sela-sela perayaan Hari Santri Nasional di Ponpes Salafiyah Darussalam Kacangan.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif