Soloraya
Rabu, 11 November 2020 - 09:25 WIB

Perjuangan Anak Muda Solo Urus Jenazah Pasien Covid-19 ke Peristirahatan Terakhir

Wahyu Prakoso  /  Kaled Hasby Ashshidiqy  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Sukarelawan mengantarkan jenazah ke TPU Purwoloyo, Kelurahan Pucangsawit, Kecamatan Jebres, Solo. Foto diambil baru-baru ini. (Istimewa/PMI Kota Solo)

Solopos.com, SOLO -- Jumlah kematian akibat Covid-19 terus bertambah di Kota Solo. Tidak banyak sukarelawan yang memiliki keahlian dan bersedia menangani jenazah pasien positif Covid-19. Para anak muda mengambil peran tersebut dengan suka dukanya.

Seperti yang dilakukan oleh Mughny Hismanda, 20, yang sudah mengurus empat jenazah pasien Covid-19 selama delapan bulan terakhir. Dia tidak kenal lelah dan takut menangani jenazah Covid-19 yang ditolak sebagian warga.

Advertisement

Mahasiswa semester lima dari Program Studi D3 Manajemen Perdagangan Fakultas Ekonomi Bisnis UNS tersebut mengawali tugas menangani pasien Covid-19 ketika menjadi bagian dari Posko Covid-19 Kota Solo. Ia kemudian mengikuti pelatihan penanganan jenazah bersama PMI.

Mughny Hismanda. (Istimewa/PMI Kota Solo)

Tugas terbaru dilakukan bersama satu sukarelawan PMI dan empat sukarelawan BPBD Kota Solo yang melakukan pemakaman satu jenazah dari Kelurahan Jebres, Kecamatan Jebres ke Tempat Pemakaman Umum (TPU) Purwoloyo, Senin (2/11/2020). Sukarelawan melakukan pemulasaran jenazah, mengantarkan jenazah, dan melakukan proses pemakanan.

Advertisement
Mughny Hismanda. (Istimewa/PMI Kota Solo)

Tugas terbaru dilakukan bersama satu sukarelawan PMI dan empat sukarelawan BPBD Kota Solo yang melakukan pemakaman satu jenazah dari Kelurahan Jebres, Kecamatan Jebres ke Tempat Pemakaman Umum (TPU) Purwoloyo, Senin (2/11/2020). Sukarelawan melakukan pemulasaran jenazah, mengantarkan jenazah, dan melakukan proses pemakanan.

Mughny, menjelaskan tugas sukarelawan sebenarnya hanya mengantarkan jenazah sampai lokasi pemakaman. Namun, fakta di lapangan para sukarelawan harus mengurus jenazah dari pemulasaran sampai proses pemakaman.

“Tugas sebagai sukarelawan harusnya membantu transportasi saja. Harusnya ada tim yang mengurusi proses pemakaman. Memandikan jenazah dilakukan rumah sakit atau Puskesmas,” kata anggota KSR Markas PMI Kota Solo tersebut kepada Solopos.com, Selasa (11/10/2020).

Advertisement

“Menurut saya kalau tidak membantu, bisa menyediakan peralatan yang memadai. Atau ada semacam pelatihan supaya warga yang memiliki kepedulian tidak segan memberikan bantuan,” katanya.

Namun, warga Kelurahan Kadipiro tersebut sadar segala perjuangan tersebut sudah menjadi tantangan tugas kemanusiaan. Keikhlasan menjadi hal utama yang harus dimiliki sukarelawan.

“Saya sebetulnya cari pengalaman dan menambah teman supaya bila ada kejadian di sekitar rumah dapat membantu dan tahu caranya. Untuk memudahkan di kampung saya,” paparnya.

Advertisement

Orang Tua Awalnya Tak Mendukung

Semula, kedua orang tua Mughny tidak memberikan dukungan penuh karena bapaknya yang pengurus RW jadi dijauhi tetangga akibat rutinitasnya sebagai anggota KSR Markas PMI. Namun, pandemi Covid-19 yang berkepanjangan mengubah hati kedua orang tuanya yang kini penuh mendukungnya.

Anggota KSR Markas PMI Kota Solo lain, Adi, 27, memiliki pengalaman mengantarkan satu jenazah pasien Covid-19 dan satu jenazah dengan protokol kesehatan. Menjadi sukarelawan bukan berarti tidak memiliki rasa takut, ia takut bila pulang ke rumah membawa virus.

Adi. (istimewa/PMI Kota Solo)

“Saya tinggal bersama orang tua dan enggak bersalaman [bersentuhan]. Sampai rumah juga selalu cuci tangan dan mandi,” paparnya.

Advertisement

Dia mengatakan, sukarelawan mendapatkan stigma dengan dijauhi kawan-kawannya saat awal pandemi Covid-19. Namun, stigma sudah tidak dirasakan lagi karena warga sudah terbiasa dengan informasi terkait Covid-19.

Menyepelekan tapi Takut Covid-19

Kasi pelayanan dan SDM Penanggulangan Bencana PMI Kota Solo ini menjelaskan ada 25 sukarelawan yang terdiri dari 10 KSR Markas PMI, tujuh anggota Siaga Bencana Berbasis Masyarakat (Sibat), dan delapan staf PMI yang bertugas mengantarkan jenazah.

“Banyak orang menyepelekan Covid-19. Orang-orang beraktivitas ke luar rumah enggak pakai masker, tapi kalau tahu ada yang positif pada kabur semua,” paparnya.

Kasi Pelayanan Ambulans PMI Kota Solo, Dini Septia, menjelaskan PMI Kota Solo mengantarkan jenazah ke peristirahatan terakhir sebanyak 14 jenazah dan evakuasi 12 jenazah dengan protokol kesehatan. Semua layanan dalam kota gratis.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif