Soloraya
Jumat, 8 Januari 2016 - 14:00 WIB

PERKELAHIAN SRAGEN : Dianiaya Teman Hingga Saraf Mata Putus, Siswa SMA Muh 1 Sragen Lapor Polisi

Redaksi Solopos.com  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi penganiayaan (JIBI/Solopos/Dok)

Perkelahian Sragen ini menimpa seorang siswa kelas X SMA Muhammadiyah 1 Sragen.

Solopos.com, SRAGEN–Ananda Satria Arestu, 16, siswa Kelas X SMA Muhammadiyah 1 Sragen yang tinggal di Mojo Wetan RT 002/RW 002, Sragen Kulon, dipukuli teman satu sekolahnya, RPS, 16, warga Sine, Sragen di tangga sekolah. Akibatnya, saraf air mata korban putus dan sempat dioperasi di Jogja beberapa hari lalu.

Advertisement

Peristiwa itu terjadi pada 26 November 2015 namun baru dilaporkan ke Mapolres Sragen, Senin (4/1/2016) lalu. Laporan orang tua korban diterima Polres Sragen dengan bukti laporan bernomor LP/B/04/01/2016/JTG/Res.Srg. Laporan tersebut mengisahkan kronologi kejadian perkelahian itu.

Peristiwa itu terjadi sekitar pukul 11.00 WIB di saat jam pulang sekolah. Kelas korban berada di lantai II. Saat menuruni tangga sekolah, korban melihat ada tiga orang siswa, yakni RZ, RPS, dan satu siswa tak dikenal. RZ menyenggol sembari melotot saat korban melewati tangga itu. Korban sontak mengumpat.
Siswa tak dikenal dan RPS bilang,”malah misuh [mengumpat]?”
Kerah baju korban dipegang dan dipukul satu kali mengenai rahang kiri. Korban tak membalas dan berjalan menghindar. Tiba-tiba RPS menjepit leher korban dari belakang menggunakan tangan kiri. Korban terjatuh terlentang. RPS memukul lagi mengenai mata kiri korban hingga berdarah.

Anita, 17, kakak korban yang duduk di Kelas XII-IPA A, saat ditemui Solopos.com di sekolahnya, Jumat (8/1/2015), mengatakan adiknya mengalami luka di mata kiri. Dia mengungkapkan saraf air mata putus akibat pukulan temannya itu.

Advertisement

“Satria sempat dioperasi di Jogja. Operasinya sudah berhasil,” ujar dia.

Sementara itu, Wakil Kepala Bidang Kesiswaan SMA Muhammadiyah 1 Sragen, Suyadi, saat ditemui Solopos.com di sekolah mengakui adanya perkelahian antarsiswa itu. Dia menyatakan kejadian itu terjadi di luar jam sekolah. Suyadi dan kepala sekolah sudah mengundang orang tua kedua siswa untuk menyelesaikan masalah itu secara kekeluargaan. Upaya mediasi yang ditempuh pihak sekolah menemui jalan buntu.

“Kami sudah berusaha memediasi masalah itu tetapi orang tua tidak mau. Ya, masalah itu bukan lagi tanggung jawab sekolah lagi tetapi tanggung jawab orang tua siswa. Sekolah sudah lepas tanggung jawab karena niat baik sekolah tidak direspons. Perkembangannya bagaimana kami tidak tahu,” ujar dia.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif