Soloraya
Senin, 21 September 2015 - 05:10 WIB

PERLAMBATAN EKONOMI : Ekonomi Lesu, Permintaan Jamu di Sukoharjo Turun

Redaksi Solopos.com  /  Septina Arifiani  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - ilustrasi (JIBI/dok)

Perlambatan ekonomi membuat permintaan jamu di Sukoharjo mengalami penurunan.

Solopos.com, SUKOHARJO — Tren melemahnya rupiah turut memberi pengaruh terhadap permintaan jamu herbal yang diproduksi di Kecamatan Nguter, Sukoharjo. Permintaan jamu herbal turun selama beberapa pekan terakhir.

Advertisement

Pengurus Koperasi Jamu Indonesia (Kojai) Sukoharjo, Mulyadi, mengatakan permintaan jamu herbal menurun sebagai imbas pelemahan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Kondisi ini juga dipengaruhi turunnya daya beli masyarakat.

“Memang penurunan permintaan tidak terlalu signifikan namun tetap saja terasa. Bagaimana lagi, kondisi perekonomian di Indonesia sedang lesu,” kata dia kepada Solopos.com, Minggu (20/9/2015).

Advertisement

“Memang penurunan permintaan tidak terlalu signifikan namun tetap saja terasa. Bagaimana lagi, kondisi perekonomian di Indonesia sedang lesu,” kata dia kepada Solopos.com, Minggu (20/9/2015).

Kondisi ini otomatis juga memengaruhi omzet produsen jamu herbal. Jika dalam situasi normal omzet penjualan jamu bisa mencapai Rp100 juta setiap bulan, kini omzet tersebut hanya Rp90 juta-Rp95 juta sebulan.

Biasanya, ia melayani order jamu dari para pelanggan dan agen di beberapa kota di Indonesia seperti Balikpapan, Lampung, hingga Makassar. Mereka selalu memesan langsung apabila sudah mulai kehabisan stok jamu.

Advertisement

Pemilik Jamu Bisma Sehat ini mengungkapkan masyarakat merespons positif jamu herbal yang diproduksi pengusaha di Nguter. Para calon konsumen kerap menyambangi Pasar Jamu Nguter untuk melihat produk-produk jamu herbal.

Ada beragam jenis produk jamu yang ditawarkan kepada konsumen. Misalnya, jamu beras kencur, kunyit asam, paitan, dan gepyokan. Konsumen bisa memilih jenis produk jamu sesuai selera dan khasiat. “Kami memproduksi sekitar 60 item jamu. Rata-rata setiap produsen jamu memproduksi lebih dari 50 item jamu,” terang Mulyadi.

Hal senada diungkapkan Direktur Utama (Dirut) PT Gujati 59, Agung Shusena. Dia mengakui ada penurunan permintaan yang berimbas pada omzet penjualan jamu herbal. Kendati demikian, turunnya omzet penjualan itu tidak memengaruhi produksi jamu herbal.

Advertisement

Untuk menyiasati kondisi tersebut, ia melancarkan strategi promosi seperti undian yang digarap langsung setiap agen dan pengecer di setiap kota. Dia berharap strategi promosi itu mampu menarik para calon pembeli sehingga tingkat permintaan jamu kembali normal.

“Calon pembeli akan tertarik dengan adanya undian sehingga harapannya tingkat permintaan kembali seperti dahulu,” kata dia.

Selama ini, PT Gujati 59 memproduksi sekitar 90 item jamu herbal yang dapat diklasifikan untuk anak-anak, dewasa pria, dewasa wanita, dan lanjut usia. Perusahaan itu juga telah membangun taman jamu di depan pabrik. Taman jamu itu memamerkan sekitar 50 jenis tanaman obat yang digunakan sebagai bahan baku jamu. Dia menargetkan ada 300 jenis tanaman obat yang ditanam di taman jamu.

Advertisement

 

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif