SOLOPOS.COM - Pekerja sedang mengankat jemuran rambak di industri krupuk rambak rumahan milik Maru, 28, Dusun Bendosari, Desa Doplang, Teras, Boyolali. Industri krupuk rambak rumahan milik Maru mampu memproduksi 2-3 ton krupuk rambak mentah per pekan. Foto diambil, Senin (30/7/2012). ( Catur Andrianto/JIBI/SOLOPOS)

Pekerja mengangkat jemuran rambak di industri krupuk rambak rumahan milik Maru, 28, Dusun Bendosari, Desa Doplang, Teras, Boyolali. Industri krupuk rambak rumahan milik Maru mampu memproduksi 2-3 ton krupuk rambak mentah per pekan. Foto diambil, Senin (30/7/2012). (
Catur Andrianto/JIBI/SOLOPOS)

BOYOLALI-Produksi rambak di sentra industri kerupuk rambak Desa Doplang, Teras, Boyolali, turun menyusul jumlah permintaan dari konsumen menurun.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Salah satu pemilik industri rambak, Maru, 28, mengatakan produksi rambaknya turun dua pekan terakhir.  “Sudah dua pekan ini produksi saya dua ton per pekan. Kalau biasanya lagi ramai sepekan bisa tiga ton. Sudah menjadi semacam tradisi, kalau kemarau itu pasti permintaan rambak turun. Kalau penghujan pasti permintaan naik,”ungkapnya saat ditemui Solopos.com, Senin (30/7/2012).

Dalam menjual rambak ia telah mematok harga Rp7.000-Rp7.500 per kilogram, bergantung jenis krupuk rambak yang ia buat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya