Soloraya
Selasa, 11 Oktober 2022 - 05:30 WIB

Pernah Ditolak Warga, Panti Jati Adulam Ministry Solo Kini Hidupi 100-an ODGJ

Wahyu Prakoso  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Penghuni Panti Jati Adulam Ministry menyanyikan lagu-lagu pujian sebelum makan siang di aula panti tersebut di Kelurahan Joyosuran, Kecamatan Pasar Kliwon, Solo, Rabu (21/9/2022). (Solopos/Wahyu Prakoso)

Solopos.com, SOLO — Panti Jati Adulam Ministry yang mengurus orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) di RT 003/RW 011 Kelurahan Joyosuran, Kecamatan Pasar Kliwon, Solo, ini benar-benar menyuburkan toleransi.

Mereka yang pernah terusir akibat latar belakang agama justru bersedia merawat seratusan orang yang terabaikan tanpa membedakan kepercayaan antarsesama manusia demi kemanusiaan.

Advertisement

Solopos.com berkunjung ke  Panti Jati Adulam Ministry pada Rabu (21/9/2022) menjelang waktu makan siang. Para penghuninya mulai keluar dari kamar atau ruang khusus laki-laki dan ruang khusus perempuan untuk berkumpul di aula.

Lalu terdengar suara petikan gitar. “Ku mau cinta Yesus selamanya. Ku mau cinta Yesus selamanya. Meskipun badai silih berganti dalam hidupku. Ku tetap cinta Yesus selamanya,” begitu lirik lagu yang menggema di  aula.

Puluhan penghuni Panti Jati Adulam Ministry Solo menyanyikan lagu-lagu pujian bersama. Satu perempuan tampak memimpin untuk menyanyikan lagu-lagu pujian sambil memetik gitar.

Baca Juga: 75 Pendeta dari Maluku Menjadi Santri 3 Hari di Ponpes Edi Mancoro Semarang

Menyanyikan lagu-lagu pujian merupakan tradisi penghuni panti sebelum menyantap hidangan sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan. Sementara ada beberapa penghuni lainnya yang duduk agak menjauh dari aula.

Siang itu, ada dermawan yang mengirim seratusan paket makanan bagi penghuni Panti Jati Adulam Ministry. Dermawan itu merayakan ulang tahun salah satu anggota keluarganya dengan berbagi.

Panti Jati Adulam Ministry Solo merupakan lembaga yang dikelola pendeta Robert Nadeak, 47, bersama istrinya, Christiana Ernawati, 51. Keduanya merupakan penganut Kristen.

Advertisement
Pendeta Robert Nadeak, 47, pendiri Panti Jati Adulam Ministry di Kelurahan Joyosuran, Kecamatan Pasar Kliwon, Solo, Rabu (21/9/2022). (Solopos/Wahyu Prakoso)

Agama mereka juga yang membuat Panti Jati Adulam Ministry pernah diusir warga. Tak hanya sekali namun dua kali ketika bertempat di dua desa berbeda di Kabupaten Sukoharjo dan sebelum menempati bangunan di Joyosuran, Solo, pada 2015.

Baca Juga: Semangat Eco Bhinneka Muhammadiyah Membangun Perdamaian Lewat Narasi dan Video

Data Penghuni Panti

Sementara para penghuni panti ada 120 orang per Rabu (21/9/2022). Kaum muslim menjadi mayoritas penghuni. Perinciannya muslim 80-an orang, penganut Kristen sekitar 20 orang, Hindu dua orang, Buddha dua orang, Katolik empat orang, dan pernah ada penghayat kepercayaan yang dirawat sampai tutup usia.

Mereka berasal dari berbagai daerah yang dititipkan petugas Satpol PP maupun Dinas Sosial. Mayoritas tak membawa KTP serta tidak memiliki tempat tinggal. Sebagian kecil saja yang memiliki keluarga.

Salah satunya, EO, 20, yang duduk agak menjauh dari teman-temannya yang berkumpul menyanyikan lagu-lagu pujian di Panti Jati Adulam Ministry Solo. Perempuan berkerudung itu memperhatikan teman-temannya menyanyikan beberapa lagu pujian sebelum mendapatkan hidangan makan siang.

EO merupakan anak pertama dari dua bersaudara yang putus sekolah dari salah satu SMK di Kota Solo. Ada kekerasan dalam rumah tangga sebelum bapak dan ibunya memutuskan berpisah.

Baca Juga: Bertemu Diplomat Berbagai Negara di Turki, Gobel Serukan Perdamaian Dunia

Advertisement

Ibu EO bekerja sebagai asisten rumah tangga. EO ingin bapak dan ibunya bersatu kembali namun kenyataannya sulit. Hal itu menjadi salah satu penyebab kesehatan mental EO terpengaruh hingga petugas Satpol PP Kota Solo mengamankan EO di jalanan sebelum dititipkan ke panti Panti Jati Adulam Ministry.

EO mendapatkan pendampingan dari salah satu mahasiswa Prodi Pekerjaan Sosial Politeknik Kesejahteraan Sosial Bandung, Rista Ilma Tiara alias Cece, 21, yang magang di panti itu sejak awal September 2022.

“Latar belakang Pak Robert ini pendeta ajarannya ibadah Kristen. Memang niatnya kemanusiaan. Saya lihatnya something yang wow! Mau merawat orang sebanyak ini dengan niat mulia,” kata Cece, perempuan berkerudung itu.

“Saya melihat tidak ada paksaan yang Islam menjadi Kristen atau Katolik. Mereka yang enggak ikut ibadah enggak apa-apa namun diminta untuk berkumpul. Di  pinggir enggak apa-apa, toleransinya masih tinggi,” tambahnya.

Baca Juga: Hotel di Solo Penuh, Dipesan Jauh Hari oleh Penggembira Muktamar Muhammadiyah

Konseling Agama bagi ODGJ

Cece juga dibebaskan mengajak EO melakukan salat di aula Panti Jati Adulam Ministry Solo setiap ada azan tanda waktu salat saban hari. Maklum, lokasi panti bersebelahan dengan masjid di kampung setempat.

“Klienku [EO] baru salat selama saya di sini. Jadi, ya dia belum terlalu sadar, masih dituntun salatnya,” jelasnya. Menurut dia, mengonsumsi obat sangat penting bagi pada penghuni panti.

Advertisement

Namun konseling agama juga bisa memberikan rasa tenang bagi para ODGJ. Konseling agama bisa berpengaruh terhadap kesehatan para ODGJ.

Cece menyasari EO merupakan muslim ketika melihat EO berkerudung sejak dia tiba di Panti Jati Adulam Ministry. Cece juga mendapati EO sebenarnya anak yang pintar serta berpotensi untuk sembuh namun kondisi bercampur dengan penghuni lain yang belum stabil menjadi tantangan.

Baca Juga: Dukung Kota Layak Anak, Solo Kini Punya 17 Rumah Ibadah Ramah Anak dari 6 Agama

“Saya ingin membantu merujuk EO ke pondok pesantren. Saya sudah komunikasi dengan ibunya. Saya melihat dia berpotensi untuk sembuh,” kata Cece.

Dia menjelaskan mencari sejumlah tempat namun tidak ada Ponpes yang mengurus ODGJ di Soloraya. Cece menemukan Ponpes Hidayatul Mubtadiin di Kebumen. Ponpes itu melayani pasien ODGJ.

Mendampingi satu klien merupakan tugas yang diberikan kampusnya kepada Cece. Menurut dia, di Panti Jati Adulam Ministry Solo tidak ada layanan konseling agama Islam. Namun bukan berarti tidak memberikan terapi terbaik bagi seluruh penghuninya.

Selain Robert dan Christiana, sejumlah sukarelawan membantu pelayanan konseling agama Kristen di Panti Jati Adulam Ministry. Robert menjelaskan perbedaan agama bukan menjadi penghalang merawat ODGJ.

Advertisement

Baca Juga: Uniknya Jl Drs Yap Tjwan Bing, Satu-satunya Jalan dengan Nama Tionghoa di Solo

Insiden Pengusiran

“Yang penting tujuan kami bagaimana mereka bisa sembuh dulu masalah status itu jangan dibawa dulu. Ini pekerjaan sosial, kami merangkul, menyelamatkan dulu. Agama kesekian, itu perlu tapi bukan yang utama supaya mereka mengalami pemulihan diri dulu,” jelasnya.

Menurut dia, ODGJ tidak mengenali dirinya sendiri. Untuk itu, tugas Panti Jati Adulam Ministry membantu para penghuninya. Setelah itu para ODGJ bisa memilih karena merupakan hak seseorang.

Robert menggambarkan ada orang mau datang ke paranormal dan mengikuti aturan paranormal karena mau. Hal itu berlaku sama seperti Panti Jati Adulam Ministry Solo yang dikelola orang beragama Kristen.

“Masuk ke sini ikuti aturan kami. Meskipun ada aturan, kami ada toleransi bermasyarakat  dan pendekatan secara sosial. Begitu mereka mengerti, mereka kami tanamkan perlu mendekati Tuhannya dengan pelan-pelan,” ungkapnya.

Baca Juga: Menko PMK 2 Kali Kunjungi Ponpes Ngruki Sukoharjo dalam 5 Hari, Ada Apa?

Robert pernah berpikir untuk bunuh diri ketika kali terakhir ada penolakan warga yang memaksa mereka harus berpindah dengan hanya diberi waktu dua pekan. Kelompok yang paling besar tak setuju dengan kehadiran mereka membuat yang lain mengikuti.

Advertisement

Padahal ada 45 orang penghuni panti waktu itu. “Kadang enggak fair namun itu lah orang, seperti enggak mau menerima yang terbuang, merasakan, dan menganggap ODGJ hanya urusan negara,” jelasnya.

“Ya sebenarnya siapa mau yang mengurus seperti yang sakit ini. Kadang harus menyadari siapa sih yang mau menanggung seperti ini, apalagi pemerintah kewalahan sampai [ODGJ] tak tertampung di rumah sakit. Masyarakat harus mengerti pekerjaan sosial perlu ditolong dan didukung,” tambahnya.

Cristiana menambahkan warga Joyosuran mau menerima Panti Jati Adulam Ministry Solo memakai gedung bekas sekolah teologi itu karena warga setempat ada yang Kristen dan muslim yang moderat. RT 003/RW 011 Joyosuran juga menjadi salah satu basis PDIP di Kota Solo.

Baca Juga: Meriahnya Kirab Budaya Jarwana, Paradenya Warga 3 Etnis di Jayengan Solo

“Izin dan administrasi [Panti Jati Adulam Ministry] Sukoharjo namun posisi kami di Solo. Akhirnya Pemkot Solo membantu, Pak Rudi [Wali Kota Solo periode 2012-2015 dan 2016-2021, FX Hadi Rudyatmo] dan Pak Gibran [Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka] pernah ke sini,” jelasnya.

Kota Solo menduduki peringkat kesembilan kota paling toleran berdasarkan laporan Indeks Kota Toleran (IKT) Indonesia 2021 dengan skor 5.783 versi Setara Institute. Kota Solo menempati urutan ke-37 dengan skor 5.217 pada 2020.

Riset itu dilakukan di 94 kota Indonesia. Kondisi tersebut dinilai didukung oleh keseriusan Kota Solo sebagaimana dijabarkan pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Solo 2021-2026.

Advertisement

Ada kerukunan umat beragama, inklusivitas, dan pengarusutamaan gender menjadi arah pembangunan Kota Solo. Ketua Forum Komunikasi Umat Beragama (FKUB), Mashuri, menjelaskan FKUB berusaha mempertahankan dan meningkatkan capaian tersebut.

Baca Juga: Santri Milenial Boyolali Digembleng Cara Menangkal Paham Radikalisme

Kampung Sadar Kerukunan

Para pengurus FKUB Solo yang dilantik akhir Maret lalu melakukan audit organisasi untuk mengetahui permasalahan dan potensi Kota Solo supaya Solo bisa peringkat lima bahkan satu.

“Yang kami kejar mengenai edukasi dan sosialisasi masyarakat tentang pentingnya kerukunan, moderasi beragama, dan pentingnya wawasan kebangsaan. Ini yang kami kejar berikutnya,” jelas Mashuri yang juga Ketua Pimpinan Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Solo.

Menurut dia, kepengurusan FKUB Kota Solo memiliki kepanjangan tangan hingga tingkat kecamatan. FKUB akan membentuk  kepengurusan sampai level kelurahan yang terdiri dari tokoh masyarakat, pengurus RT/RW sehingga apabila terjadi permasalahan bisa segera tertangani.

Selain itu, lanjut dia, FKUB akan membentuk kampung-kampung sadar kerukunan. Banyak tokoh yang belum teredukasi dengan baik tentang toleransi, modernisasi agama, dan wawasan kebangsaan.

Baca Juga: Unik, Bangunan GKJ Danukusuman Serengan Solo Mirip Bahtera Nuh

Diminta tanggapannya mengenai kondisi Kota Solo ketika ada penolakan pembangunan rumah ibadah di daerah lain oleh kepala daerahnya pada September lalu, Mashuri mengatakan Kota Solo cukup kondusif.

Kondusif yang dia maksud dalam arti Kota Solo menyerahkan kewenangan memberikan rekomendasi tentang pendirian rumah ibadah kepada pengurus FKUB dengan mengacu regulasi yang berlaku dari peraturan bersama dua menteri dan perwali.

“Selama syarat-syaratnya terpenuhi dan terverifikasi dengan baik, kami rekomendasikan harus didirikan rumah ibadah. Enggak ada larangan sama sekali,” jelasnya.

Terpisah, Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka menjelaskan semua tempat ibadah bisa dibangun asalkan memenuhi syaratnya di Kota Solo. “Bangun saja, kami enggak pernah melarang, enggak pernah membatasi, kalau syaratnya sudah lengkap,” jelasnya.

Dia menjelaskan pemangku wilayah mulai dari lurah, camat, sampai pengurus Forum  Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kota Solo menjadi wadah. Apabila ada kendala Wali Kota Solo turun tangan.

 

Liputan ini merupakan hasil dari Fellowship for Jurnalis untuk Keberagaman dan Toleransi yang diselenggarakan atas kerjasama Yayasan Kakak Solo dan Search For Common Ground Indonesia.

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif