SOLOPOS.COM - Pasangan pengantin Kaesang-Erina duduk di pelaminan saat prosesi ngunduh mantu di Loji Gandrung, Solo, Minggu (11/12/2022). (Solopos/Putut Hartanto)

Solopos.com Stories

Solopos.com, SOLO — Kemeriahan hajatan pernikahan Kaesang-Erina di Jogja dan Solo, Sabtu-Minggu (10-11/12/2022), disebut sebagai simbol kebangkitan Catur Sagotra pecahan Mataram Islam.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Catur Sagotra berarti empat saudara merujuk pada Kasunanan Surakarta Hadiningrat, Mangkunegaran, Kasultanan Yogyakarta Hadiningrat, dan Pakualaman. Pendapat itu disampaikan Pemerhati Budaya Kota Solo, Tundjung W Sutirto, saat diwawancarai Solopos.com, Selasa (13/12/2022).

“Momentum antara Solo dan Jogja itu, kembali mengangkat yang namanya Catur Sagatra. Bahwa antara Solo dan Jogja itu secara simbolis menyatu di dalam pernikahan Mas Kaesang dan Mbak Erina, atau hajat mantunya Pak Jokowi,” ungkap dia.

Tundjung berpendapat seperti itu merujuk kepada tata laksana pernikahan Kaesang-Erina yang dilangsungkan begitu kental dengan adat tradisi. Kekayaan budaya itu menyeruak begitu agung dalam bingkai pernikahan muda-mudi dari dua wilayah tersebut.

Prosesi pernikahan Kaesang dan Erina yang kental dengan tradisi Jawa merupakan bagian upaya untuk merawat budaya. Hal itu selaras dengan apa yang telah disampaikan Jokowi. “Itu sebenarnya menjadi satu hal untuk merawat budaya,” kata dia.

Baca Juga: Jadi Hajatan Pungkasan Jokowi, Ini Beda Acara Nikahan Kaesang dan 2 Kakaknya

Tundjung menjelaskan Catur Sagatra merupakan empat entitas budaya yang saling terikat dengan jejak sejarah masa lalu. Catur yang merupakan bahasa Jawa berarti empat, sedangkan Sagatra atau dari kata Sagotrah berarti saudara atau ikatan.

4 Pemangku Entitas Budaya Hadir

“Sehingga dimaknai sebagai satu ikatan antara Kasunanan Surakarta dan Mangkunegaran di Solo dengan Kasultanan dan Pakualaman di Jogja. Keempat entitas turunan, ahli waris Mataram itu ada di konsep Catur Sagatra, empat saudara,” urainya.

Pernikahan Kaesang-Erina Kaesang menikahi erina
Serangkaian upacara adat pernikahan Kaesang Pangarep dan Erina Gudono di Yogyakarta, Sabtu (10/12/2022). (YouTube/Presiden Joko Widodo).

Tundjung menilai kebangkitan Catur Sagatra dalam pernikahan Kaesang-Erina terlihat dari terlibatnya empat pemangku entitas budaya Catur Sagatra. Seperti dari kehadiran Sri Sultan Hamengkubuwono (HB) X dan lokasi ijab kabul.

Seperti diketahui, lokasi ijab kabul Kaesang dan Erina dilaksanakan di Pendapa Agung Royal Ambarukmo Jogja, yang merupakan bekas tempat tinggal Sri Sultan HB VII. Begitu juga lokasi tasyakuran yang digelar di Pura Mangkunegaran.

Baca Juga: Misi Angkat Potensi Wisata Budaya di Balik Keriuhan Pesta Nikah Kaesang di Solo

“Yang semua itu dalam konsep kepareng dalem. Artinya penguasa entitas Mangkunegaran dalam hal ini KGPAA Mangkunagoro X mengizinkan penggunaan tempatnya untuk acara Kaesang dan Erina. Walau dengan syarat-syarat tertentu,” terang dia.

Lebih jauh Tundjung menilai semangat The Spirits Of Java sebenarnya meliputi kawasan Solo dan Jogja. Walaupun dalam pelaksanaan di lapangan saat ini dalam satu variasi, seperti tata busana. Hal itu sekedar memberikan identitas Solo dan Jogja.

“Tapi toh secara roh budayanya sama-sama mengacu kepada kerajaan Mataram Islam,” sambung dia. Sebelumnya, simbol penyatuan Solo dan Jogja sebagai bagian dari Mataram Islam tampak pada konsep dekorasi yang diterapkan oleh Asmoro Decoration yang dipercaya menghias Loji Gandrung sebagai lokasi acara ngunduh mantu nikahan Kaesang-Erina.

Baca Juga: Langganan, Asmoro Decoration Kembali Dipercaya Mendekor Venue Nikahan Kaesang

Konsep Mataram Islam dalam Dekorasi Pernikahan

Pemilik Asmoro Decoration, Ranu Asmoro, menjelaskan alasan pemilihan Mataram Islam sebagai konsep pernikahan Kaesang-Erina Gudono karena merupakan cikal bakal dari Keraton Solo dan Yogyakarta.

gibran nikahan kaesang pernikahan kaerang-erina
Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka (paling kiri) di acara ngunduh mantu nikahan Kaesang-Erina di Loji Gandrung, Solo, Minggu (11/12/2022). (Istimewa/Kris)

Sebagai pengaplikasiannya, tim dekorasi akan menggunakan punden mrajak sewu. Di bagian bawah punden, akan ada daun jati. Hal itu diimajinasikan sebagai alas berdirinya Keraton Yogyakarta dan Keraton Solo

Art Director Asmoro Decoration, Pandji Vasco Da Gama, menambahkan pemilihan tema itu untuk dekorasi venue nikahan Kaesang terkait daerah asal kedua mempelai. Semua bentuk ornamen itu diambil dari Mataram Islam, antara Solo dan Jogja.

“Untuk Jogja, [ornamen] floranya, tanamannya, lebih simpel, sedangkan ukiran Solo kan lebih detail, untuk faunanya, hewan-hewannya,” jelas Pandji.

Baca Juga: Makna Ngunduh Mantu Kaesang & Erina, Prosesi Sakral Pernikahan Adat Jawa

Seperti diketahui, berdasarkan catatan sejarah, Solo dan Jogja dulunya berada di bawah satu bendera kerajaan yakni Mataram Islam. Pada 13 Februari 1755, muncul kesepakatan dan penandatanganan Perjanjian Giyanti yang membagi Mataram Islam menjadi dua yakni Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta.

Kasunanan Surakarta kemudian terpecah lagi berdasarkan Perjanjan Salatiga pada 17 Maret 1957 sehingga muncul Kadipaten Mangkunegaran yang dipimpin Raden Mas Said sebagai Mangkunagoro I. Begitu pula Kasultanan Yogyakarta terpecah menjadi dua dan muncul Kadipaten Pakualaman pada 17 Maret 1813.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya