SOLOPOS.COM - Pedagang di Kalitlawah, Ngaren, Juwangi, Boyolali, Slamet, memperlihatkan beras di tokonya, Selasa (5/9/2023). (Solopos/Ni’matul Faizah)

Solopos.com, BOYOLALI — Ketua Perkumpulan Pengusaha Beras dan Penggilingan Padi atau Perpadi Jawa Tengah, Tulus Budiyono, mengaku khawatir harga beras bakal terus naik sampai Desember 2023 atau empat bulan ke depan.

Ia mengatakan saat ini harga gabah di tingkat petani terus mengalami kenaikan. Kenaikan harga itu terjadi secara perlahan sejak Agustus. Tulus mencontohkan harga gabah kering panen (GKP) saat ini Rp7.300 per kilogram.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Padahal sebelum Agustus, harga GKP masih Rp5.800-Rp.6.300 per kilogram. Kemudian, harga gabah kering giling (GKG) saat ini Rp8.500 per kilogram. Naik dibandingkan sebelum Agustus yang masih di angka maksimal Rp7.000 per kilogram.

“Saat ini harga naik pertama karena kemarau yang berkepanjangan. Kedua panen sudah menipis, ketiga penggilingan padi terus berusaha untuk ada kegiatan sehingga mencari bahan baku dengan persaingan yang ada di sawah, sangat kompetitif,” kata dia saat diwawancarai Solopos.com, Selasa (5/9/2023).

Ia menjelaskan para pengusaha penggilingan padi terus mencari bahan baku dengan harapan agar penggilingan tetap berjalan. Tulus mengatakan saat ini beras telah melampaui harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah.

Beras yang dulunya Rp12.800 per kilogram kini menjadi lebih dari Rp13.000 per kilogram. “Sekarang beras di penggilingan tingkat premium Rp13.000 per kilogram, dulu hanya Rp12.000-Rp12.500 sudah dapat [1 kilogram],” kata dia.

Ia mengatakan petani tetap untung dengan harga yang tinggi karena harga pembelian pemerintah yang dulu hanya Rp5.600 per kilogram sekarang tembus Rp7.300 per kilogram. Walaupun begitu, Tulus mengatakan di Boyolali hanya di daerah tertentu yang bisa panen karena memiliki sistem irigasi yang bagus.

Berharap Intervensi Pemerintah

Tulus khawatir harga beras akan terus naik hingga Desember sesuai dengan prediksi kemarau panjang. Sehingga ia meminta pemerintah memberikan intervensi agar harga beras tidak naik tajam.

“Bahaya ini kalau naik terus, pemerintah harus segera mengatasi. Sampai nanti Desember, jadi masih empat bulan berjalan. Permintaan kami ke pemerintah segera operasi pasar, menggelontorkan cadangan nasional Bulog untuk memenuhi stok di pasar, penggilingan, dan konsumen,” kata dia.

Sementara itu, akibat tingginya harga, pedagang di Dukuh Kalitlawah, Desa Ngaren, Kecamatan Juwangi, Boyolali, Slamet, mengaku ogah menjual beras dengan kualitas premium sejak pertengahan Agustus 2023 lalu.

Ia menjelaskan peminat beras premium turun drastis sejak harga beras naik sehingga Slamet memutuskan tidak berjualan beras premium.

“Kan pelanggan saya orang sini, mereka kan petani hutan, jadi daya beli beras premium kurang. Saya enggak jual yang premium, takut enggak laku,” kata dia saat berbincang dengan Solopos.com di tokonya, Selasa (5/9/2023).

Ia menjelaskan harga beras premium sekitar dua pekan lalu masih Rp13.000-an per kilogram, tapi pada Selasa ini sudah lebih dari Rp14.000 per kilogram.

Slamet menyatakan saat ini ia hanya menjual beras kualitas sedang kemasan lima kilogram secara eceran. Harga beras kualitas sedang bervariasi. Ada Rp65.000 per 5 kg hingga Rp68.000 per 5 kilogram.

Lalu, beras eceran kualitas sedang saat in harganya Rp13.000 per kilogram. Dua pekan sebelumnya masih Rp12.000-an per kg. “Kalau daya beli masyarakat sih tidak berkurang, wong itu kebutuhan pokok. Hanya saja mereka mengeluh dan kaget,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya