SOLOPOS.COM - Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. Moewardi, Solo, Debree Setiawan, ketika menjadi narasumber dalam acara Kumpulan Obrolan Psikiatri Bermanfaat dan Inspiratif bersama RSUD Dr. Moewardi bertajuk tajuk Dampak Perselingkuhan Bagi Fisik dan Mental, Kamis (29/2/2024). (Solopos.com/Candra Septian Bantara)

Solopos.com, SOLO–Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. Moewardi, Solo, Debree Setiawan, menyampaikan perselingkuhan punya dampak buruk bagi fisik dan mental bagi pelaku maupun korban.

Pernyataan tersebut disampaikan dalam acara Kumpulan Obrolan Psikiatri Bermanfaat dan Inspiratif bersama RSUD Dr. Moewardi (Kopi Manis Moe) lewat live streaming Youtube dan Instagram, Kamis (29/2/2024) pukul 11.30-12.30 WIB.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Menurut dia, perselingkuhan sendiri bisa diartikan sebagai perilaku menutupi sesuatu yang membawa keuntungan bagi seseorang tapi merugikan orang lain.

Namun, istilah perselingkuhan sekarang justru menyempit dalam hal asmara saja seperti soal perzinahan atau hubungan suami istri dengan bukan pasangannya sahnya.

“Sebenarnya perselingkuhan itu artinya luas, tidak sesempit seperti saat ini yang hanya dimaknai sebagai perbuatan menyimpang dalam hal asmara terutama soal perzinahan atau hubungan suami istri dengan pasangan resminya” papar dia.

Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa lulusan Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo ini mengungkapkan bahwa faktor yang menyebabkan perselingkungan itu cukup kompleks. Mulai dari faktor psikososial atau lingkungan, psikologis, hingga biologis.

Menurut Debree, jika seseorang mengalami kasus perselingkuhan jangan melakukan diagnosis secara mandiri melainkan perlu pendampingan dari pihak yang berkompeten seperti psikiater atau konselor.

Selanjutnya, Ia menekankan betul bahwa masalah perselingkuhan ini cukup dijadikan masalah privat dan jangan dijadikan masalah publik atau diumbar ke khalayak umum. Pasalnya jika perselingkuhan dalam lingkup keluarga menjadi konsumsi orang banyak dampak negatif pada fisik dan mental makin besar.

“Saya menekankan dengan sangat soal perselingkuhan ini jangan jadi konsumsi publik. Cukup jadi masalah pribadi saja lantaran kalau sudah tersebar ke mana-mana dampaknya pada fisik dan mentalnya tidak main-main” pesannya.

Dokter asal Pekanbaru, Riau, ini menjelaskan bahwa dampak secara mental yang bisa dialami oleh pelaku maupun korban sama beratnya. Seperti timbul rasa bersalah, panik, depresi, impulsifitas, dan kondisi emosi tidak stabil.

Dari dampak mental inilah yang bisa membuat kondisi fisik seseorang yang selingkuh maupun korban selingkuh terganggu. Biasanya akan muncul gejala gastritis atau gangguan asam lambung, darah tinggi, kadar gula naik, dan penyakit fisik lainnya.

Ia menerangkan bahwa jika kasus perselingkuhan menjadi konsumsi publik dampaknya tidak hanya menimpa diri sendiri melainkan keluarga besar hingga institusi tempat mereka bekerja. Umumnya keluarga pelaku atau korban perselingkuhan akan mendapatkan cap atau stigma buruk dari masyarakat.

“Wah kalau perselingkuhan ini sudah menjadi kasus umum atau konsumsi publik tidak hanya personalnya yang kena. Akan tetapi keluarga besar dan instansi tempat mereka berkerja juga kena. Hingga akan muncul stigma-stigma yang disematkan oleh masyarakat, hingga pada akhirnya keluarga pelaku atau korban menjadi takut keluar rumah, merasa malu, tidak tenang, dan rasa tidak nyaman lainnya” tambah dia.

Debree mengatakan perselingkuhan itu bisa dicegah dan diobati. Untuk pencegahan bisa ia menyarankan untuk para pasangan agar berkomunikasi secara terbuka sebab jika salah seorang pasangan tidak jujur pada pasangannya maka bisa jadi bom waktu yang bisa meledak kapan saja.

Ia menambahkan agar pasangan mampu menjaga keseimbangan 4 fungsi hidup dalam 24 jam.

“Dalam sehari kan kita menjalani 4 fungsi sebenarnya, yaitu fungsi pekerjaan, fungsi relasi, fungsi kesehatan, dan fungsi waktu luang. Jika bisa membuat seimbang keempat fungsi tersebut kasus perselingkuhan baik dalam asmara atau hal lainnya bisa dicegah. Misalnya bila waktunya bekerja ya bekerja, waktunya untuk keluarga ya fokus untuk keluarga, bila berhubungan dengan orang lain ya tahu porsinya, bila waktunya menjaga kesehatan ya dengan olahraga, dan lain sebagainya,” katanya.

Terakhir untuk pengobatan, dr. Debree mengatakan bahwa perselingkuhan khususnya pelaku itu bisa dilakukan dengan berkonsultasi ke psikiater atau konselor. Sehingga pelaku perselingkuhan bisa diberikan obat atau tidakan terukur lainnya agar tidak mengulangi atau mencegah perselingkuhan kembali terjadi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya