SOLOPOS.COM - Ilustrasi saraf kejepit. (Freepik.com)

Solopos.com, KLATEN — Operasi penanganan saraf kejepit menjadi salah satu program layanan unggulan baru di Rumah Sakit Umum Pusat dr Soeradji Tirtonegoro atau RSST Klaten. Penanganan kasus saraf kejepit itu disebut minim risiko dengan tingkat keberhasilan tinggi.

Direktur Medik dan Perawatan RSST Klaten, Widodo Wirawan, mengatakan penanganan pasien saraf kejepit dilakukan dengan metode Biportal Endoscopic Spine Surgery (BESS) atau tindakan minimal invasif. Di Jateng, metode ini diklaim baru ada di RSST Klaten.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Metode terkini itu dilakukan menggunakan irisan sangat kecil sebagai portalnya. Melalui metode tersebut pasien tidak perlu menjalani operasi terbuka. “Selama ini operasi minimal invasif rendah risiko, di mana tingkat keberhasilannya tinggi karena luka kecil jadi cepat sembuh,” kata Widodo saat ditemui Solopos.com, Kamis (26/10/2023).

Waktu pemulihan pasien yang menjalani pengobatan saraf kejepit di layanan kesehatan RSST Klaten melalui metode itu sangat singkat, hanya antara satu hingga dua hari. Namun, kondisinya berbeda ketika pasien memiliki penyakit penyerta.

Widodo menjelaskan penanganan saraf kejepit itu baru diluncurkan RSST setengah tahun terakhir. Operasi dilakukan dengan kolaborasi antara dokter bedah saraf dan bedah tulang. Sudah ada belasan pasien yang menjalani operasi tersebut.

Pelayanan operasi untuk saraf kejepit itu bisa diakses melalui menggunakan BPJS Kesehatan. Pelayanan metode BESS ini diluncurkan menanggapi kondisi terkini yakni banyak orang yang terkena saraf kejepit. Hanya, belum banyak tempat penanganan kasus saraf kejepit yang menggunakan metode minim risiko itu.

Penyebab Saraf Kejepit

“Banyak orang yang mencari penanganan yang canggih tetapi sulit. Tindakan ini menjadi unggulan yang sedang kami kembangkan. Untuk Jawa Tengah kami yang pertama,” kata Widodo mengenai layanan baru di RSST Klaten itu.

Terkait kasus saraf kejepit, Widodo mengatakan rata-rata dialami pasien dengan usia di atas 40 tahun hingga lansia. Namun, kasus tersebut juga bisa dialami pada usia muda akibat kecelakaan atau cedera jatuh.

“Penyebabnya bermacam-macam mulai dari faktor usia terjadi pengapuran, akibat terjatuh, aktivitas fisik membawa beban berat, kecelakaan, dan lain-lain. Dampaknya bisa sampai lumpuh bahkan meninggal dunia,” kata Widodo.

Di sisi lain, Widodo mengatakan RSST merupakan rumah sakit umum pusat rujukan paling tinggi di Jateng. Rumah sakit yang memiliki 360 tempat tidur itu per hari bisa menerima hingga lebih 300 pasien sehingga sering overload.

Dia menjelaskan saat ini RSST Klaten melakukan pembenahan besar-besaran untuk peningkatan pelayanan. “RSST menjadi salah satu rumah sakit vertikal di bawah Kementerian Kesehatan. Kemenkes mendorong agar seluruh RSUP termasuk di Klaten menjadi pusat rujukan skala internasional atau minimal level Asia,” kata Widodo.

Ketua Tim Hukum dan Humas RSST Klaten, Phitra Sekar Dianggra, mengatakan rumah sakit tersebut memiliki sejumlah pelayanan prioritas. Pelayanan itu di antaranya penanganan panyakit kanker, stroke, kesehatan ibu dan anak, TBC, orthopedi, jantung, Uronefrologi, penyakit infeksi emerging, gastrohepatologi, dan penyakit mata.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya